KUPANG, beritalima.com – Pada Juli mendatang, pemerintah kembali
menggelar Tour de Flores (TdF) 2017. Hingga April 2017, peserta yang
sudah mendaftar untuk mengikuti Tour de Flores (TdF) sudah mencapai
100 orang peserta yang tergabung dalam 13 tim dari 30 negara.
Demikian dikatakan Sekretaris Dinas Pariwisata Nusa Tenggara Timur,
Wely Rohimone ketika ditemui media ini di ruang kerjanya, Jumat
(21/4/2017) siang.
Dijelaskan Rohimone, Tour de Flores kali ini akan dilaksanakan pada
tanggal 14 – 19 Juli mendatang. Jarak tempuh balap sepeda
internasional Tour de Flores (TdF) 2017 bertambah menjadi 808
kilometer jika dibandingkan dengan jarak tempuh yang dilombakan tahun
lalu yang total sejauh 661,5 km.
Menurutnya, penambahan jarak tempuh karena adanya penambahan rute di
wilayah Kabupaten Nagekeo yakni rute Aegela-Kota Mbay.
Ia menjelaskan, bahwa saat ini sedang dilakukan perbaikan jalan di
rute yang akan dilewati pembalap. Biaya perbaikan dan peningkatan ruas
jalan diprediksi berkisar Rp30 hingga Rp 40 miliar. Pasalnya banyak
titik di ruas jalan tersebut rusak akibat banjir dan longsor selama
musim hujan tahun ini.
Ia menambahkan, even TdF sudah masuk kalender balap sepeda
internasional sehingga akan terus digelar setiap tahun. Begitu pula
balap sepeda Tour de Timor.
Sebelumnya, pada Selasa (21/2/2017) lalu, Kadis Pariwisata, Marius
Ardu Jelamu mengatakan, Pemerintah Pusat dan Provinsi Nusa Tenggara
Timur kembali menyelenggarakan Tour de Flores pada Mei 2017 mendatang.
Karena itu, dalam rangka pelaksanaan TdF ini, diharapkan ada dukungan
dari pemerintah kabupaten se-daratan Flores dan Lembata.
Dia mengatakan, tahun lalu para pembalap mereka star dari Larantuka.
Tapi kali ini atas permintaan dari Pemkab Lembata sejak rapat pertama
beberapa bulan lalu di Jakarta dan juga rapat kedua di Kantor Gubernur
NTT supaya para pembalap sepeda internasional juga ke Lembata.
“ Jadi sehari sebelum starting dari Larantuka, Kabupaten Flores Timur
para pembalap itu akan dijemput oleh Pemkab Lembata di Larantuka lalu
dengan kapal ke Lewoleba”, katanya.
Di Lewoleba mereka akan diterima oleh Pemkab dan masyarakat Lembata,
rencana menyaksikan acara seni budaya yang disiapkan oleh Pemkab
Lembata. Kemudian keesokan harinya mereka mengadakan balap sepeda di
Kota Lewoleba.
“ Di kabupaten Lembata para peserta juga akan melihat destinasi
wisata. Karena kita tahu Lembata itu juga masuk dalam peta wisata
internasional sebagaimana halnya beberapa destinasi wisata lainnya di
NTT, yakni Komodo di Manggarai Barat, Danau Kelemutu di Ende, Surfing
di Rote Ndao, Diving di Alor, Pasola dan Megalitik di Sumba, Pantai
Kolbano di TTS, dan juga beberapa destinasi wisata budaya yakni
Kampung Tradisional di Werebo, 17 Pulau di Riung, Kampung Bena di
Bajawa”, jelas Marius.
Lembata juga mempunyai wisata unggulan yang dilirik oleh wisatawan
domestik maupun internasional. Di sana ada gunung Nuhanera yang
meletus setiap 20 menit.
“ Saya kira ini gunung api yang terkenal meletus setiap 20 menit. Dan
itu sangat indah kalau disaksikan malam hari. Didahului dengan gempa
disekitarnya lalu meletus sekitar 30 menit ke udara lalu kemudian
mengeluarkan lahar meleleh di sepanjang bukit gunung itu sangat indah.
Dan ini bagi wisatwan internasional satu pengalaman yang sangat
eksotik dan dasyat atas kejadian alam di tengah laut benar
menajubkan”, ujarnya.
Disamping tentu kampung adat tradisional di Lamalera tempat
penangkapan ikan paus tradisional, ada juga juga bukit doa yang sudah
sangat terkenal di Lembata.
“ Jadi pemkab Lembata saya harapkan supaya bisa secara kreatif
menciptakan berbagai seni budaya yang mempertontonkan kepada pembalap
internasional. Para peserta nanti rencana sehari semalam di Lewoleba.
Setelah itu diangkut dengan kapal menuju ke Larantuka. Star rute
pertama yaitu Larantuka – Maumere. Kita harapkan Tdf kali ini, star
dari pantai”, kata Marius (Ang)