JAKARTA, Beritalima.com– Tim ekonomi Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) belum optimal mengelola turbulensi ekonomi global, sehingga 2019 beberapa aspek masih gagal mencapai target. Buktinya, pertumbuhan ekonomi tidak beranjak dari lima persenan.
Padahal, kata anggota Komisi XI DPR RI yang membidangi keuangan serta perbankan, Junaidi Auly dalam keterangan melalui WhatsApp (WA) kepada Beritalima.com, Selasa (31/12) malam, perlu pertumbuhan ekonomi lebih tinggi sehingga persoalan sosial seperti kemiskinan, pengangguran serta ketimpangan pendapatan dapat ditekan.
Jika pertumbuhan ekonomi tidak beranjak dari lima persen, lanjut wakil rakyat dari Dapil II Provinsi Lampung tersebut, Indonesia berpotensi masuk kelompok negara-negara middle income trap.
Lebih jauh laki-laki kelahiran Tanjung Karang, 6 Juni 1965 itu menjelaskan, ‘turbulensi’ ekonomi global telah memukul sektor ekonomi Indonesia, mulai dari ekspor, investasi, hingga bermuara pada perlambatan pertumbuhan ekonomi.
“Dikhawatirkan kondisi ini masih berlanjut hingga tahun depan. Berbagai lembaga dunia juga melihat belum kondusifnya ekonomi global. Apalagi perkembangan politik di Amerika Serikat tentunya dapat mempengaruhi pasar dan urgensi untuk diantisipasi,” kata lulusan Magister Manajemen Universitas Lampung (Unila) tersebut.
Terlepas dari gejolak yang ada, lanjut pria yang sudah dua periode menjadi wakil rakyat di DPR RI tersebut, tim ekonomi Pemerintahan Jokowi sudah seharusnya memiliki langkah-langkah strategis untuk mendorong ekonomi bisa tumbuh lebih kencang.
Kalau kita lihat, peranan perdagangan internasional pada pertumbuhan ekonomi Indonesia sekitar 18-20 persen, sisanya dari peranan ekonomi domestik. “Jadi, ruang untuk bergerak lebih cepat sebetulnya tersedia,” ungkap pria yang sebelum menjadi wakil rakyat di DPR RI merupakan anggota DPRD Lampung itu.
Pada bagian lain, Junaidi menyoroti soal ekonomi Indonesia terus bergantung pada konsumsi rumah tangga, sehingga nilai tambahnya tidak signifikan bagi ekonomi nasional.
“Tim ekonomi Pemerintah Jokowi perlu menggenjot investasi langsung agar kualitas pertumbuhan membaik. Kita akan sulit tumbuh, jika hanya mengandalkan konsumsi rumah tangga,” demikian Junaidi Auly. (akhir)