TIMIKA-beritalima.com I Materi Jurnalistik secara umum dan teknik menulis berita media massa yang disampaikan praktisi Jurnalistik dan Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Timika, Yohanis S Nussy, S.Pd, ternyata membuat kekagetan kalangan milenial dari lingkungan Gereja Protesan Indonesia (GPI) dalam Pendidikan dan Latihan (Diklat) Kepemimpinan Pemuda GPI Sinode Papua – Mimika, Rabu (03/07) sore.
Kekagetan peserta diklat di aula Ultima Horison Hotel Timika yang didominasi generasi milenial itu, ternyata lebih disebabkan oleh betapa mudahnya menulis suatu berita langsung (Straigth News) dalam pemberitaan media massa pada umumnya, baik Cetak (Koran dan Majalah) atau Audio (Radio) dan Audio Visual (Televisi).
Meski bidang profesi jurnalistik yang lebih dipahami sangat sulit oleh kebanyakan kalangan muda, ternyata tidak saja mudah tetapi sekaligus juga memberikan potensi peluang untuk dikerjakan dan mendatangkan keuntungan materiil maupun non materiil.
“Kalau saya tahu betapa mudahnya menulis sebuah berita seperti ini, sudah dari dulu saya rindu menjadi wartawan Pa,” ucap salah satu peserta yang tak sempat diketahui identitasnya dan terkesan menguasai materi teknis penulisan berita yang tiba-tiba menimpali narasumber yang sedang menjelaskan dan disambut tepuk riuh-rendah peserta lainnya dalam aula diklat itu.
Namun dirinya justru terlihat kebingungan saat dimintai untuk memberikan suatu judul berita langsung disertai kepala berita (teras atau lead)-nya.”Sabar dulu pa, saya buat dulu,” jawabnya sambari tersenyum malu dan kembali disambut tepuk riuh peserta lainnya.
Narasumber yang menjelaskan kemudahan penulisan suatu berita media massa umunya, lebih ditentukan seseorang jurnalis dalam menangkap fakat dan data dengan alat inderasnya yang sleanjutnya dituangkan ke dalam bentuk juduldan teras berita. “Itu saja kuncinya untuk menulis suatu berita langsung seperti yang ada dalam kebanyakan media massa, karena kalau sudah mampu menuliskan judul dan menurunkannya kedalam bentuk lead atau teras berita dari suatu fakta yang dilihat atau didengarkan langsung dan yang bisa dibuktikan, maka selebihnya, seseorang pasti siap untuk menulis suatu berita yang lengkap. Bicara soal apa unsur yang harus ada dalam suatu berita, kan kebanyakan kalian sudah tahu, harus ada prinsip 5W1H. Jadi itu bukanlah menjadi hal yang baru, terlebih di era ini. Anda adalah generasi yang dipenuhi kecerdasan alami dan buatan. Jadi kalau sudah mengetahui tips membuat suatu berita maka kalian pasti bisa menulis suatu berita langsung yang lengkap. Karena yang paling sulit dalam menulis suatu berita langsung adalah menentukan judul dan lead berita, dan itu yang dialami juga oleh kebanyakan wartawan baru sampai saat ini,” tegas narasumber yang terkenal dalam sapaan jurnalistiknya sebagai Sam Wanda.
Kekagetan lainnya justru diakibatkan oleh antusiasme peserta yang menanyakan ada sebenarnya yang bisa diperoleh dari tugas jurnalistik itu, yang dijelaskan narasumber, ada cukup banyak. “Kalau sejauh ini generasi muda menghindari profesi dan pekerjaan jurnalistik karena memahaminya penuh resiko negatif dan sulit mendapatkan profit atau gajinya rendah, hari ini saya beritahukan bahwa, kalian keliru besar. Karena hanya dengan profesi jurnalistik saja anda memiliki prestise (empaty dan penghargaan), meski pada diri seorang jurnalis profesional tak diijinkan dirinya untuk berbangga apalagi bersikap ‘serba berkuasa’. Wartawan itu teidak boleh tepuk dada atau angkuh karena sebarapa pun hebatnya kita, pembacalah yang menentukannya. Jadi kalau anda seorang jurnalis adalah orang yang paing dicari untuk menuliskan berita oleh banyak narasumber, maka itu indikator baik buat anda dan bukannya paling hebat,” pesan narasumber.
Bahkan prestise profesi jurnalistik lainnya yang bisa diketahui menciptakan pendapatan lebih, lanjut Sam Wanda, karena kemampuan pelaku jurnalistik untuk menulis buku, novel atau komik atau bahkan menjadi publik relation (PR) dan banyak hal lainnya dalam lingkup komunikasi. “Apa kalian pikir itu bukan lah keuntungan materiil yang lebih, saya hidup sampai hari ini juga salah satunya dari kemampuan keterampilan dalam profesi jurnalistik ini,” aku Sam Wanda yang kini berkiprah sebagai perwakilan beritalima.com yang beerkantor pusat di Surabaya, Jawa Timur.
Menurut Sam Wanda, “Itulah peran dan kemampuan jurnalistik, memang kalian harus kaget dulu makanya tadi saya suruh membuat judul yang luarbiasa supaya kita semuanya juga kaget. Harus saya katakan bahwa, kalian juga sudah menangkap point dalam pelatihan menulis berita media massa ini. Apa dengan membuat judul ‘Mengantuk’, ‘Kedinginan’, ‘Baku Rampas Kata’ itu tidak membuat kita semua kaget,” tanya narasumber.
Judul-judul itu sejujurnya siap membuat banyak pembaca atau pemirsa heran dan bertanya-tanya,”Apa maksudnya ya,” jelas narasumber lagi.
Waktu dua jam memang terlampau kurang untuk membantu menyelesaikan tugas pelatihan Jurnalistik ini, meski masiha da bagian lainnya yang sangat penting dipahami. Namun, pemahaman untuk menulis judul dan lead berita langsung, setidaknya memberi gambaran kalau peserta diklat siap mememiliki kertampilan Jurnalistik ini. Peserta pun mengajak narasumber untuk bersama berdiskusi lanjut demi pemantapan keterampilan menulis berita, bahkan ada juga yang berminat untuk langsung menjalni profesi jurnalistik melalui media yang kini sementara dijalani narasumber.
Diklat Jurnalistik yang menjadi bagian akhir dari rangkalain tiga hari diklat sejak Senin (01/07) diakhiri dengan kesepakatan untuk teru sberkomunikasi, dan apresiasi panitia kepada Sam Wanda yang juga Dosen Pengajar pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Timika, yang sudah berkenan menjadi narasumber dalam diklat dimaksudkan. (sam wanda)