JAKARTA, beritalima.com | Tidak berharganya Pekerja dan Buruh terlihat dari perdebatan RUU Ombibus Law Cipta Kerja. Keberpihakan Politik kepada Pekerja dan Buruh sangat lemah. Karena itu Pekerja dan Buruh harus bersatu Punya Partai Politik.
“Saat ini momentum tepat agar para Pekerja dan Buruh mengkonsolidasikan diri bersatu agar punya Patai Politik. Tanpa memiliki partai posisi tawar Pekerja dan Buruh sangat lemah,” tegas aktivis pekerja dan buruh Ketua Umum FSPTSI (Federasi Serikat Pekerja Transport Seluruh Indonesia), HM. Jusuf Rizal di Jakarta.
Pria yang juga Presiden LSM LIRA (Lumbung Informasi Rakyat) itu menyebutkan sangat miris dengan kondisi para pekerja dan buruh yang tidak memiliki posisi tawar yang baik. Para pekerja dan buruh hanya menjadi objek ekploitasi untuk kepentingan politik. Habis manis sepah dibuang.
“Saya akan memotori agar para pekerja dan buruh harus bersatu memiliki Partai Politik sebagai wadah untuk memperjuangkan nasib para pekerja termasuk di DPR. Kita tidak mau lagi hanya menjadi alat kepentingan politik kelompok,” tegas Jusuf Rizal yang juga Sekjen Perkumpulan Media Online Indonesia (MOI) itu.
Barangkali kekecewaan Jusuf Rizal terhadap kondisi politik saat ini sangat mendasar. Pasalnya, pria berdarah Madura-Batak itu pada Pilpres 2019 menjadi Ketua Tim Relawan Pekerja dan Buruh dukung Jokowi-KH.Ma’ruf Amin bersama Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto.
Namun setelah Jokowi-KH.Ma’ruf Amin terpilih, komitmen untuk Mensejahterakan para Pekerja dan Buruh sangat lemah. Itu terbukti dengan RUU Omnibus Law Cipta Kerja. Meski para pekerja dan buruh sudah menyampaikan masukan namun tidak menjadi perhatian.
Begitu juga dengan Partai Politik di DPR. Kajian tentang keberatan para pekerja dan buruh tentan RUU Omnibus Law Cipta Kerja yang disampaikan hanya formalitas. Mereka buta dan tuli dan menganggap remeh para pekerja dan buruh. Mereka tidak lagi menjadi penampung aspirasi rakyat dan mengabaikan peran dan fungsinya sebagai wakil rakyat.
“Para pekerja dan buruh tidak anti pembangunan dan juga tidak alergi dengan investasi. Tapi diharapkan masuknya investasi untuk kemajuan pembangunan, parbaikan ekonomi dan membuka lapangan kerja baru, tidak mengorbankan kesejahteraan dan masa depan pekerja dan buruh,” tegas Jusuf Rizal.
Dikatakan Pekerja dan Buruh itu lumbung suara yang efektif sebagai modal dasar membangun Partai Politik yang membela, melindungi dan Mensejahterakan kaum pekerja dan buruh. Sedikitnya ada 5 juta yang tergabung di Federasi-Federasi Serikat Pekerja. Belum yang lagi di sektor non formal.
Untuk membangun Partai Politik yang membela kepentingan rakyat, khususnya Pekerja dan Buruh masih cukup waktu untuk mempersiapkan agar dapat lolos ikut Pemilu 2024.
Jusuf Rizal, akan melakukan konsolidasi dengan para pekerja hingga ke tingkat bawah melalui Federasi Serikat maupun jaringan yang dimiliki. Ia juga akan mempersiapkan Partai Politik yang dapat menjadi kendaraan para pekerja dan buruh. (red)