Kades Pulogedang : Bukan Masalah Hama Tikus Tapi Harus Bicara Apa Adanya

  • Whatsapp

Jombang | beritalima.com – Seperti yang difokuskan Dinas Pertanian Kabupaten Jombang pada tahun 2021 untuk mengembalikan tingkat kesuburan tanah dan mengendalikan Organisme Pangganggu Tanaman (OPT). Kepala Desa Pulogedang tidak cukup pada pengendalian hama tikus yang dilakukan orang per orang atau kelompok per kelompok.

Tapi yang menjadi permasalahan bagi Eko Arianto, terhadap desanya yang dipimpin banyak permasalahan lain yang dirasakan petani yang sampai saat ini masih belum bisa diatasi akibat efek semenjak jalan tol berfungsi.

“Saya sendiri merasakan, petani juga merasakan tambah banyaknya tikus ya ini dampaknya, tapi saya tidak menyalahkan salah satu pihak (adanya jalan tol) tapi dirasakan setelah ada tol itu memang kelihatan paling parah,” ujar Kepala Desa Pulogdang Eko Arianto kepada beritalima.com, Senin (25/1/2021).

Menurutnya bukan hanya menangani masalah tikus tapi juga masalah air, namun yang dibutuhkan petani kata Eko dalam penanganan itu, dinas pertanian saling berkoordinasi dengan Dinas Lingkungan Hidup.

“PPL dan pengairan harus berani ngomong apa adanya jangan terkesan seperti dibenturkan dengan kepala desanya,” tuturnya.

Lanjut Eko, Dinas Pertanian sebagai stakeholder menginstruksikan kepada PPL yang setajam – tajamnya, begitu juga dengan LH dan pengairan. Sejatinya bila rapat di kantor Desa Pulogedang, selalu mengumpulkan Gapoktan dan Poktan untuk diberikan petunjuk dan arahan sesuai aturan.

Ironis tiap diadakan perkumpulan kata Kades Pulogedang, pengairan terkadang tidak pernah datang. Yang pada gilirannya Kepala Desa itu merasa kurang faham dengan ketidakhadiran pengairan. “Saya gak ngerti tidak dateng apa karena khawatir ditagih sama petani. Sebenernya kalau ngomong apa adanya, enak kalau transfaran,” jelasnya.

Dijelaskan Kades Eko, seperti yang diungkapkan LH dan pengairan, efek jalan tol berpengaruh pada resapan air. Debit air kata sudah berkurang jauh. Jadi yang diharapkan Kades tersebut bicara apa adanya.

Lebih lanjut bicara masalah pupuk, menurutnya masih simpang siur, sosialisasinya kurang, penekanan pun kurang termasuk mekanisme pemberantasan hama. “Jadi pemberantasan hama bukan masalah orang per orang atau kelompok per kelompok, tapi ini general,” jelasnya.

Dengan demikian dikatakan Eko, bila ingin memberantas hama harus dilakukan secara serentak dan tidak hanya sepotong-potong. Karena bila diberantas atau disemprot sepotong sepotong hama tikus bisa lari kesana dan kemari.

Namun yang menarik bagi Eko adalah merubah bahasa – bahasa mensejahterahkan petani menurutnya bukan mensejahterakan petani. Tapi bagi Eko lebih fokus untuk mengurangi biaya produksi.

“Petani tidak akan bisa sejahtera sedangkan petani menggarap sawah tidak sampai satu hektar, jadi jangan sejahtera. Yang garap sawah satu hektar hanya bisa dihitung dengan jari,” pungkasnya.

Reporter : Dedy Mulyadi

beritalima.com

Pos terkait