SURABAYA, beritalima.com – Perdana Menteri Australia, Malcolm Turnbull, pernah menyatakan untuk membuka kantor konsulat jenderal (konjen) di Surabaya. Niat itu disampaikan Malcomm saat menerima kunjungan Presiden RI, Joko Widodo, di Kirribilli House Sydney.
“Saya menyatakan tahun ini saya akan membuka Konsulat Jenderal baru di Surabaya,” kata Malcolm Turnbull saat itu, Minggu (26/2/2017).
Dan, lin niat itu menjadi kenyataan. Kamis (14/9/2017), Pemerintah Australia resmi menggelar soft opening kantor Konjen di Lantai 3, gedung ESA Sampoerna Centre di Jalan Dr Ir H Soekarno.
Pembukaan itu dihadiri langsung oleh Duta Besar Australia untuk Indonesia, Paul Grigson. Keberadaan kantor Konjen Australia melengkapi kantor Konjen yang sudah ada sebelumnya, yaitu di Jakarta, Bali, dan Makassar.
Ditunjuk sebagai Konjen Australia di Surabaya ialah Chris Barnes. Dia sebelumnya komisioner dan Direktur Regional Kantor Perdagangan dan Investasi Australia Barat di Jakarta.
Barnes juga pernah menduduki posisi senior di sektor swasta dan bekerja sama dengan kelompok-kelompok yang mempromosikan perdagangan dengan Indonesia.
Sehari setelah soft opening itu, Jumat (15/9/2017), pejabat Konjen Australia mengadakan jamuan bersama beberapa pengusaha Surabaya, termasuk Ketua Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Kota Surabaya, Dr Ir Jamhadi, MBA, di JW Marriot Hotel Surabaya.
Kepada Dubes Australia untuk Indonesia, HE Mr Paul Grigson, Jamhadi mengucapkan selamat atas soft opening kantor Konjen Australia di Surabaya. Jamhadi berharap, dibukanya kantor konjen Australia di Surabaya bisa meningkatkan hubungan dagang, pariwisata, dan investasi serta pendidikan.
“Sekarang masyarakat di Surabaya jika ingin mengurus visa ke Australia lebih mudah. Dan ini juga bisa meningkatkan kerjasama perdagangan, investasi, dan pariwisata antara Surabaya dan Jawa Timur dengan Australia,” kata Jamhadi.
Di bidang perdagangan, menurut Jamhadi, Jawa Timur masih mengalami defisit. Tercatat di data Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur, ekspor non migas Jawa Timur ke Australia pada Januari sampai Juli 2017 sebesar USD 206.045.725, atau tumbuh 8,21% dari periode yang sama tahun 2016 sebesar USD 190.409.172.
Sedangkan nilai impor non migas Jawa Timur dari Australia dari Januari sampai Juli 2017 sebesar USD 403.308.799, atau tumbuh 38,7% dari periode yang sama tahun 2016 sebesar USD 290.776.500.
Impor dari Australia seperti besi, mesin, otomotif, produk kesehatan, kimia dasar, kertas, makanan dan minuman, plastik, elektronik, dan produk agro.
Sedangkan ekspor Jawa Timur berupa kayu olahan, makanan dan minuman, kertas, produk kesehatan, olahan karet, mesin, baja, tekstil, dan aluminium.
Selain meningkatkan hubungan dagang, Jamhadi juga berharap di sektor pariwisata juga terjadi peningkatan. Sebab, pada Januari hingga Juli 2017, dari sebanyak 125.157 wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Jawa Timur melalui Bandara Juanda, Australia tidak masuk dalam 10 besar.
Yang terbanyak ialah Malaysia dengan total 4.080 kunjungan atau naik 21,10%, diikuti Tiongkok sebanyak 1.999 kunjungan, lalu Singapura sebanyak 1.937 kunjungan.
Di bidang investasi juga demikian. Banyak perusahaan Australia berdiri di Jawa Timur. Diantaranya pabrik produksi dan pengolahaan seperti Coca-Cola Amatil, Blue Scope Steel, Comweld Group, Nuplex dan Caterlindo.
Perusahaan jasa Australia, seperti Ramsay Health, ANZ Bank dan Bank Commonwealth juga telah mendapat keuntungan dari tumbuh suburnya ekonomi Surabaya.
“Perusahaan-perusahaan itu berproduksi dengan baik, dan menyerap banyak tenaga kerja. Tahun 2016 lalu, sebanyak 749.078 orang terserap dari investasi PMA (Penanaman Modal Asing),” ujar Jamhadi. (Ganefo)
Teks Foto: Jamhadi (tengah) bersama Konjen Australia di Surabaya, Chris Barnes, dan Dubes Australia untuk Indonesia, HE Mr Paul Grigson.