KUPANG, beritalima.com – Kepala Dinas Provinsi Nusa Tenggara Timur, Marius Ardu Jelamu meminta masyarakat Pulau Sumba menjaga kesakralan tradisi budaya berkuda Pasola sehingga tidak terjadi kericuhan ketika digelar.
Marius menyampaikan hal itu kepada wartawan di Kupang, Senin (13/3) saat menanggapi kericuhan atraksi Pasola di Kecamatan Wanokaka, Kabupaten Sumba Barat beberapa waktu lalu.
Dikatakan Marius, Pasola bukan sekedar perang – perangan diatas kuda, tetapi ekspresi dari sebuah filsafat budaya yang didasari oleh ritus – ritus agama tradisional Marapu yang memiliki nilai sakral yang tinggi.
“ Untuk itu, kita harus menjaga sakralitas dari atraksi pasola, yakni menjaga nilai persaudaraan, nilai persahabatan, dan nilai bersyukur kepada Tuhan. Sehingga sakralitas dari pasola ini betul – betul terwujud apabila atrasksi budaya ini dilakukan dengan baik”, kata Marius.
Kalau pun terjadi sesuatu pelanggaran misalnya saat atraksi itu tentu ada sanski – sanksi adat yang memang disepakati sebelumnya.
“ Karena itu, para tokoh adat, tokoh masyarakat yang terlibat dalam kegiatan itu harus duduk bersama untuk menyepakati bersama, sehingga menghidari hal – hal yang kita tidak inginkan bersama,” katanya.
Sebagai atraksi budaya yang diminati oleh para wisatawan, baik domestik maupun mancanegara, Marius, berharap atraksi ini berlangsung dengan nyaman dan aman. Sehingga menjadi tontonan yang menarik bagi para wisatawan.
“ Tentu ini dibutuhkan koordinasi yang baik, tidak hanya diantara kelompok masyarakat, tapi juga tokoh adat, pemerintah, serta pihak keamanan setempat. Karena begitu kumpulan ribuan orang tentu ini rentan sekali terjadi konflik,” ujarnya.
Keributan saat atraksi budaya beberapa waktu lalu, kata Marius, tidak berdampak pada wisatawan domestik maupun mancanegara. “ Karena mereka datang ke Sumba tidak hanya nonoton pasola, tapi juga ada destinasi lainnya, diantaranya rumah – rumah adat, megalitik, pantai yang indah, ada savana yang luas, bisa dinikamti di sumba”, ujarnya. (Ang)