Kampanye Bukan Mencerdaskan, Agun: Capres Tidak Bisa Disalahkan

  • Whatsapp

JAKARTA, Beritalima.com– Dua pasangan calon presiden-calon wakil presiden sebagai kontestan dalam pemilihan umum (pemilu) serentak 17 April 2019 tak bisa disalahkan karena berkampanye bukan mencerdaskan masyarakat akibat penggunaan diksi (pilihan kata yang tepat).

Hal tersebut dikatakan Ketua Fraksi Partai Golkar MPR RI, Agun Gunandjar Sudarsa dalam Diskusi Empat Pilar bertema ‘Etika Politik Pilpres’ di Press Room Gedung Nusantara III Komplek Parlemen Senayan, Jakarta, Jumat (16/11).

Menurut politisi senior Partai Golkar tersebut, dalam kondisi kehidupan politik riil bangsa serta negara, baik pada tataran hukum maupun ekonomi dan politik, sudah tidak jelas mana yang benar dan mana pula yang salah.
Karena itu, ini menjadi tugas semua pihak termasuk wartawan dan para elite untuk kembali menuntaskan secara tegas mana yang baik dan mana pula yang salah dalam tatanan kehidupan berbangsa.

“Jadi, bagaimana etika akan terbangun dengan baik kalau kita hari ini terjebak kepada pro dan kontra antara yang benar dengan yang salah,” kata Agun yang sudah dipercaya menjadi wakil rakyat sejak 1997 itu.

Wakil anggota Komisi XI DPR RI ini, kontestan Pilpres 2019 juga tidak bisa disalahkan karena mereka tidak terlepas dari pengaruh media massa, anggota DPR, dan para elite politik. Kontestan terdorong oleh opini yang kadang-kadang menyesatkan dan hoaks seiring suburnya digitalisasi.

Sementara itu, pengamat politik dari Voxpol Center Research and Consulting Pangi Syarwi Chaniago menyoroti etika berpolitik di tubuh Partai Demokrat yang membebaskan kadernya memilih calon presiden (capres) meski berkoalisi dengan partai pendukung Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.

Padahal, garis kebijkan partai harus jelas sehingga ada pilihan-pilihan yang jelas. Menurutnya, jika Demokrat mendukung Prabowo maka seluruh kader mestinya mendukung capres yang sama.

“Saya belum menemukan referensi politik di mana pun termasuk di Amerika Serikat maupun negara Eropa lainnya ada partai yang seperti ini,” ucap pengajar ilmu politik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidyatullah, Jakarta tersebut.

Dia melanjutkan jika Demokrat akan fokus pada Pileg dan bukan Pilpres, semestinya cukup dibicarakan di internal partai dan tidak etis diumbar ke publik karena dapat membingungkan kader partai.

Terkait dengan diksi-diksi kampanye, Pangi mengaku heran dengan pemerintahan saat ini yang terpancing untuk menanggapi pernyataan dari pihak lawan yang tidak bermutu. “Saya nilai pemerintahan saat ini terlalu reaktif,” demikian Pangi Syarwi Chaniago. (akhir)

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *