Jakarta, beritalima.com |– Laksamana Muda (Purn.) TNI RM Handogo, di usianya 93 tahun (kelahiran 1931, masih tampak sehat saat menceritakan pengalamannya sebagai perwira kapal selam (korps Hiu Kencana) TNI AL ikut mengepung keberadaan Belanda di Irian Jaya dalam Operasi Trikora dan berakibat kekuatan penjajah tersebut hengkang.
Handogo adalah alumni Akademi Angkatan Laut Angkatan ke-III (1953-1956), pernah mengenyam pendidikan soal kapal selam di dua negara sekaligus, yakni Polandia (1968-1969) dan Vladivostok, Rusia (1960-1961). Serta tiga kali menjadi Komandan Kapal Selam, yakni KRI Nanggala-402 (1959), KRI Trisula-404 (1962) dan KRI Hendradjala-411 (1961). Tak heran ia juga dipercaya menjabat sebagai Komandan Satuan Kapal Selam (1970-1971).
Saat memasuki masa pensiun, Handogo menjabat sebagai Asisten Operasi Kepala Staf Angkatan Laut (1982-1985) dan Deputi Operasi Kepala Staf Angkatan Laut (1985-1986) dengan pangkat terakhir Laksamana Muda (Laksda).
Berikut petikan wawancara beritalima (BL) bersama Laksda Purn Handogo (LH), ditemani isterinya RA Yulia dan putranya Julhandiarso yang juga tergabung PPHK atau Putra Putri Hiu Kencana (komunitas putra-putri yang orangtuanya purnawirawan dan warakawuri korps Kapal Selam/Hiu Kencana. sebagian besar almarhum purnawirawan atau purnawirawan yang masih ada sebagai pelaku/saksi sejarah dalam operasi kapal selam TNI AL era 1960an).
BL. Yang melatarbelakangi bapak masuk TNI AL?
LH, Umumnya, saya dan teman-teman itu masuk menjadi tentara karena ada rasa kebanggaan. Saya masuk tentara pada 1956, usianya 25 tahun. Waktu itu usia segitu sudah termasuk tua. Kita dulu masuk ke tentara, karena segalanya dijamin. Tidak memikirkan lagi soal kebutuhan. Tinggal belajar. Bahkan dapat uang saku. Jadi kita merasa sudah cukup sekali. Saatnya kita mau pesiar, sudah ada kendaraan, tinggal duduk saja…haha.
BL. Dulu tidak tertarik ke AD atau AU?
LH. Kalau di Angkatan Darat dahulu itu sudah banyak yang masuk kesana. Sedangkan kalau Angkatan Udara terbatas sekali. Nah kalau Angkatan Laut itu kan kita tahunya hanya pantai saja. Kita ingin mengetahui yang lebih mendalam. Saya tinggal di Yogya waktu mendaftar, karena ada pengumuman membutuhkan tentara. Dahulu ditunjukkan adanya kapal selam, wah itu aneh sekali bagi saya dan membuat saya tertarik.
BL. Kenal sama isteri dahulu dimana?
LH. Kita kan dahulu sebagai kadet/taruna, kalau setiap minggu ada pesta, dansa. Lalu ada yang hadir perempuan-perempuan. Nah kita bisa memilih, berkenalan…haha. Lalu kenal sama ibu. Saya menikah 1961 di Surabaya.
BL. Setelah masuki Akademi Angkatan Laut dan lulus, bagaimana ceritanya bisa masuk korps Kapal Selam?
LH. Karena kita diajak ke kapal selam, dipraktekkan bagaimana kerjanya, dan lain-lain. Jadi kita sebagai kadet/taruna supaya tahu kalau nanti ditugaskan di kapal selam ya seperti itu. Kita Pendidikan di Surabaya, termasuk waktu melihat kapal selam.
BL. Pendidikan kapal selam pertama dimana?
LH. Kita dikirim ke Polandia selama setahun (Agustus 1958-Agustus 1959). Puluhan yang dikirim ke Polandia, karena macam-macam pendidikan, ada untuk kapal korvet, kapal selam, dan lain-lain. Sebetulnya yang mendidik kita itu orang Rusia. Cuma karena saat itu kalau mengatakan orang Rusia identik dengan komunis ya. Jadi supaya tidak dicap kapal selam komunis, sehinga pendidikan kita di Polandia. Pendidikan kapal selam berikutnya di Vladivostok, Rusia (1960-1961).
BL. Kembali dari Polandia, ditepatkan dimana?
LH. Saya ditempatkan di Armada sebagai Perwira Persenjataan (Torpedo) di KRI Nanggala. Lalu membentuk satuan kapal selam, kapal bantu, kapal anti kapal selam, dan lain-lain.
BL. Lalu langsung ikut operasi apa saja di Indonesia?
LH. Kita dulu ikut pendidikan memang disiapkan untuk Operasi Trikora (pembebasan Irian Jaya dari kolonial Belanda). Jadi Pemerintah tahu kalau Belanda akan mempertahankan wilayah jajahannya mati-matian, makanya kita juga menyiapkan kekuatan untuk merebut. Pokoknya kita harus bisa mendarat di Irian. Ada yang mendarat dari kapal selam, juga dari udara. Belanda jadi kesulitan juga menghadapi Indonesia. Karena Angkatan Bersenjata Belanda sebenarnya juga dibutuhkan di Eropa, karena Belanda anggota NATO dan Angkatan Laut Belanda termasuk cukup kuat ya. Jadi dibutuhkan di Eropa. Adanya masalah di Irian, berarti menjadi beban juga untuk Belanda. Mungkin akhirnya dilepaskan Irian, karena pertimbangannya yang penting hasil alamnya dari Irian masih bisa di ekspor ke Belanda atau Eropa. Pintar mereka.
BL. Pernah melakukan dropping pasukan RPKAD di Irian dengan kapal selam?
LH. Oh ya. Jadi kapal selam membawa pasukan Angkatan Darat. Marinir sempat tanya, kenapa kok yang dibawa pasukan Angkatan Darat? Saya katakan, mereka (Angkatan Darat) sudah dilatih khusus untuk mendarat di daerah Belanda, merebut barang-barang yang dimiliki Belanda. Jadi pasukan ini dibiayai khusus. Yang didrop memang tidak banyak pasukannya. Tapi ini memhbuat Belanda terkejut, karena tiba-tiba sudah ada di Irian. Ini dilakukan diam-diam.
BL. Masih ingat ada berapa pasukan RPKAD yang diangkut kapal selamnya?
LH. Kira-kira belasan ya. Tapi kan ada beberapa kapal selam yang membawa pasukan Angkatan Darat. Ada sekitar delapan kapal selam ke Irian. Waktu itu Irian yang paling dikuasai Belanda adalah bagian paling Timur. Waktu itu Komandan Kapal Selamnya Pak Tedy Asikin, saya wakilnya (Palaksa atau Perwira Pelaksana). Pantai di Irian itul uas sekali, dan banyak hutan. Jadi Belanda kaget kalau kita bisa mendarat….hehe.
BL. sebagai isteri (isteri Laksda RM Handogo, namanya RA Noor Julia), ibu tidak khawatir dengan misi yang dijalankan bapak?
Ibu LH. Waktu itu saya tidak terlalu mengerti. Tahu-tahu ada surat datang. Aku kalau membalas suratnya tidak boleh mencantumkan alamatnya bapak. Jadi surat dititip lewat orang Angkatan Laut. Waktu bapak ke Pakistan juga begitu.
BL. Ibu tidak pernah berpikir anaknya kelak ada yang juga ikuti jejak ayahnya sebagai tentara?
Ibu LH. Saya serahkan ke anak-anak saja. Ini anak yang pertama (Julhandiarso atau Handi)) tidak mau jadi tentara. Yang satu lagi anakku perempuan (Julhantri atau Dinda), sebenarnya ingin jadi intel. Tapi dengan banyak cerita ini itu, akhirnya tidak jadi. Apalagi kalau perempuan kan tidak boleh menikah sampai usia tertentu.
BL. Bapak masih ingat lokasi persis pendaratan di Irian dimana?
LH. Banyak pantai yang kita dropping. Baik itu pantai sebelah utara maupun selatan Irian. Juga pantai bagian timur dan barat. Seluruh Irian itu dikepung. Banyak tentara kita yang masuk ke Irian, ya Marinir, Angkatan Darat, dan lain-lain. Jadi Belanda kerepotan untuk menjaga seluruh pantai yang ada di Irian. Saya dropping RPKAD salah satunya di pantai dekat kota Jayapura. Dan Jayapura itu kan ibukotanya (dulu Namanya Hollandia). Begitu kita dropping ke pantai, lalu tentara masuk ke dalam hutan. Sulit untuk dilacak Belanda. Jadi akhirnya Irian diserahkan karena hanya mengganggu kekuatan NATO.
BL. Waktu misi ke Pakistan tahun berapa?
LH. Kita ke Pakistan setelah Indonesia sudah kita kuasai dari Belanda. Kira-kira sekitar 1965-1966, karena saat itu Pakistan sedang ada konflik dengan India. Kita berada di pihak Pakistan.
BL. Penghargaan saat bertugas yang pernah diterima apa saja?
LH. Wah banyak ya….. Yang tertinggi Bintang Jalasena Nararya, Jalasena Pratama, dan lain-lain. Hampir semua operasi yang dilakukan TNI Angkatan Laut pada maa itu, kapal selam selalu ikut. Dari operasi Trikora, Dwikora, dan lain-lain, dapat penghargaan. Karena kapal selam sebagai kekuatan yang bisa diandalkan dan sulit dideteksi.
BL. Pesan untuk generasi muda?
LH. Untuk generasi muda, dinas di kapal selam ini sangat menarik. Karena operasinya di dalam laut. Tidak kelihatan. Kalau kapal lain kan kelihatan di permukaan. Ini yang menjadi daya tarik minat generasi muda untuk masuk ke TNI AL dan ke satuan kapal selam. Kekuatan yang terpendam, tersembunyi, dan dikhawatirkan pihak lawan. Harusnya dengan adanya kapal selam, itu sudah membuat menarik banyak generasi muda. Berlayar kok di dalam laut…hehe. Menyusup ke daerah lawan.
Jurnalis: Abriyanto