JAKARTA, Beritalima.com– Perbaikan fundamental ekonomi, kebersamaan anak bangsa dan Sumber Daya Manusia (SDM) menyongsong era globalisasi menjadi fokus utama periode kedua Pemerintah Presiden Jokowi.
Hal tersebut mengemuka dalam Dialetika Demokrasi bertema Menteri Muda, Rekonsiliasi atau Balas Bud’ dengan pembicara Abdul Kadir Karding (Fraksi PKB), Mukhamad Misbhkhun (Golkar) dan Direktur Sinergi Masyarakat Untuk Demokrasi Indonesia, Said Salahudin di Press Room Gedung Nusantara III Komplek Parlemen Senayan, Jakarta, Kamis (1/8).
Dikatakan Karding, kalau mendengar dan menyimak yang menjadi komitmen dan visi Jokowi dalam pidato politiknya di Sentul International Convention Centre (SICC) beberapa waktu lalu, ada tiga visi utama yang harus dijalankan pada era pemerintahan lima tahun ke depan.
Pertama, kata politisi dari Dapil IV Provinsi Jawa Tengah tersebut, secara visi seluruh anak bangsa dapat berperan dan memberi warna menyongsong era globalisasi yang penuh dengan persaingan. “Untuk itu, harus diciptakan SDM yang unggul, mandiri dan kompetitif,” mantan Sekjen DPP PKB tersebut.
Untuk bidang ekonomi, kata laki-laki kelahiran Donggala, Sulawesi Tengah, 25 Maret 1973 tersebut, yang perlu digaris bawahi ada keinginan memperbaiki fundamental ekonomi karena pada lima tahun pemerintahan Jokowi-JK yang sedang berjalan, ekonomi Indonesia jauh dari apa yang diharapkan.
Langkah-langkah yang perlu diambil terutama mengurangi defisit anggaran, termasuk impor yang begitu besar terutama di bidang energi yang luar biasa dan kebutuhan konsumsi lainnya. Ekonomi hanya tumbuh 5,1 sampai 5,2 persen. Jauh dari apa yang ditargetkan yakni 7 persen.
Tantangan lain yang harus diselesaikan adalah persoalan terbelahnya anak bangsa. Bagaimana persatuan anak bangsa ini bisa dirajut lagi, tidak terbelah seperti apa yang terjadi sekarang sehingga ke depan semakin dinamis.
Dikatakan, persatuan anak bangsa goyah karena pemilihan presiden lalu. Sebenarnya, proses terganggunya persatuan anak bangsa dimulai dari aksi 212 atau Pilkada zaman Ahok. “Itu kita rasakan betul adanya komunikasi, hubungan atau interaksi sesama anak bangsayang tidak harmonis,” kata dia.
Tugas ke depan, bagaimana memperkokoh persatuan. Menurut Karding, cara yang harus ditempuh adalah mengembangkan pemikiran-pemikiran terutama tafsir keagamaan semua agama yang ada di Indonesia. “Kalau dalam Islam itu disebut rahmatan lil alamin,” demikian Abdul Kardir Karding. (akhir)