SURABAYA, beritalima.com – Sebanyak 300 perusahaan di Jawa Timur berpotensi go public. Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Jawa Timur akan mendorong mereka untuk menjadi perusahaan terbuka.
Sekretaris APINDO Jatim, Dwi Ken Hendrawanto, menyatakan itu di sela acara Workshop Go Public di Surabaya, Selasa (26/3/2019). Sebanyak 120 perusahaan hadir di acara yang digelar Pusat Informasi Go Public Bursa Efek Indonesia (BEI) Surabaya bersama APINDO Jatim ini.
Ken mengatakan, hingga saat ini dari 1.200 perusahaan anggota APINDO Jatim baru 38 perusahaan yang tercatat go public atau menjadi perusahaan terbuka.
Padahal, tutur dia, setidaknya ada 300 perusahaan yang berpotensi go public. Karena itu, pihaknya akan terus mendorong perusahaan tersebut untuk bisa masuk ke lantai bursa.
“Potensi perusahaan di Jatim untuk menjadi perusahaan terbuka sebenarnya cukup luar biasa. Kami melihat ada sekitar 300 perusahaan. Mereka inilah yang akan kami dorong untuk go public,” ujarnya.
Perusahaan-perusahaan tersebut beragam sektor usaha, mulai industri manufaktur hingga perikanan. Apalagi, lanjut dia, saat ini Pemprov Jatim mendukung penuh dunia usaha untuk maju dan berkembang.
“Kedepan kami akan membantu mengedukasi mereka bahwa dengan go public tidak hanya memberikan kemudahan untuk akses permodalan, tapi juga menjadikan perusahaan tetap eksis,” tandasnya.
Ken mengakui tidak mudah mengajak perusahaan untuk go public. Butuh waktu. Namun, ia yakin akan banyak perusahaan yang tertarik go public setelah mereka memahami keuntungannya.
“Setidaknya hingga akhir 2019 nanti jumlah emiten di Jatim bisa bertambah menjadi 50 perusahaan. Bisa menambah 20 dari sebelumnya 38 ini sudah luar biasa,” ujarnya.
Ditandaskan, edukasi sangat penting dilakukan. Setidaknya, kalangan pengusaha mengetahui pentingnya menjadi perusahaan terbuka.
“Namun memang masih banyak kendala yang dihadapi, diantaranya manajemen keuangan dan lain sebagainya,” imbuhnya pula.
Kepala Perwakilan Pusat Informasi Go Public Bursa Efek Indonesia (BEI) Surabaya, Dewi Sriana, membenarkan, masih banyak kendala mengajak perusahaan di Jatim untuk go public.
“Kami tidak serta merta mengajak mereka menjadi perusahaan terbuka, tapi setidaknya kami ingin melakukan pengenalan tentang apa sih pentingnya menyandang status Tbk di belakang nama perusahaan,” kata Sriana.
Ana mengakui, di Jatim masih banyak perusahaan yang berstatus milik keluarga. Sehingga, butuh pertimbangan matang sebelum memutuskannya menjadi perusahaan terbuka.
Menurutnya, biasanya perusahaan keluarga hanya eksis di generasi pertama dan kedua. Namun begitu masuk generasi ketiga mulai goyah, karena ada yang bersedia dan ada tidak untuk meneruskannya.
Dan, masih menurut Ana, sebenarnya bagi perusahaan keluarga untuk berubah menjadi perusahaan terbuka justru lebih menguntungkan.
“Dengan menjadi perusahaan terbuka sudah jelas hitung-hitungannya. Ada hal-hal strategis yang berguna bagi perusahaan agar tetap eksis,” terangnya.
Ditambahkan, menjadi perusahaan terbuka memang tidak bisa langsung berharap masuknya dana dari masyarakat.
“Namun dengan menyandang status perusahaan terbuka akan menambah prestis perusahaan itu sendiri,” tutup Ana. (Ganefo)
Teks Foto: Kepala Perwakilan Pusat Informasi Go Public BEI Surabaya, Dewi Sriana (kanan), dan Sekretaris APINDO Jatim, Dwi Ken Hendrawanto (tengah)