Karena Kesulitan Air, Petani Panceng Kehilangan Panen Semusim

  • Whatsapp

GRESIK, beritalima.com | Petani Desa Petung, Kecamatan Panceng, Kabupaten Gresik, dikenal sebagai ‘tani tadah udan’. Mereka bertani bergantung pada hujan.

Jika tidak ada kemarau, petani jagung di Desa Petung bisa panen 3 kali dalam setahun. Karena itu, belum lama ini, mereka kehilangan panen semusim karena ‘ketigo’ alias kemarau.

“Setahun hanya bisa panen jagung dua kali. Karena ‘ketigo’, sekitar empat bulan tidak ada air, kami tidak bisa tanam,” kata Askuwan, ‘tani tadah udan’ asal Desa Petung, saat ditemui di sawahnya, Minggu (19/1/2025).

Menurut Askuwan, problem air di musim kemarau sudah terjadi bertahun-tahun dan belum ada solusinya. Pernah ada program sedot air dari Bengawan Solo oleh perusahaan swasta di Panceng tapi belum berhasil.

Akibat kondisi seperti itu, ketika kemarau, Askuwan dan petani lain di Desa Petung kehilangan pendapatan sekali di musim panen.

Tidak hanya petani Desa Petung, petani beberapa desa lain di Kecamatan Panceng juga seperti itu. Tidak panen jika lama tidak hujan.

Kini, Askuwan dan para petani di Panceng menyambut baik program Presiden Prabowo yang dirasa cukup perhatian pada pertanian. Mereka berharap masalah pengairan sawah terutama pada musim kemarau di wilayah ini juga mendapat perhatian.

“Saya senang dengan program Pak Prabowo yang memperhatikan pertanian. Semoga urusan pengairan di sini bisa segera diatasi, sehingga setahun kami bisa panen tiga kali,” ucap Askuwan.

Dia tuturkan, pendapatan dirinya sekali panen sekitar Rp10 juta. Tidak terhitung ongkos kerjanya, karena mulai tanam, merawat sampai panen dia sendiri yang mengerjakan.

Dia pun menambahkan, saat ini harga jagung jenis NK 212 Rp450.000,- per kwintal. Dia berharap harga tersebut bisa dinaikkan menjadi Rp500.000,- per kwintal. (Gan)

Teks Foto: Petani ‘tadah udan’ Desa Petung, Gresik, hilang panen semusim karena kesulitan air.

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait