Kartini Hidupku

  • Whatsapp

beritalima.com – Dua puluh satu April bagi bangsa Indonesia berarti mengenang dan menghargai salah satu jasa pahlawan wanita Indonseia, R.A Kartini. Berkatnya, perempuan-perempuan Indonesia tidak lagi ‘dikurung’ di dalam ‘empat persegi tembok’. Tapi bagiku, 21 April tidak hanya berarti itu.

Dua puluh satu April, Ibuku, Kartini dalam hidupku, juga merayakan hari ulang tahunnya. Tidak pernah dirayakan dengan khusus dan meriah memang. Hanya lantunan doa dengan namanya kusebutkan di dalamnya, selalu. Oh ya, terkadang 21 April di rumahku selalu tersaji mie panjang umur. Tak pernah berarti khusus memang, hanya tersirat doa di dalamnya. Ibuku juga tak pernah minta sesuatu di hari istimewanya. Memanglah kebiasaan ibu, memendam apa yang diinginkannya demi keperluan keluarga yang lain.

Mendengar kata Kartini yang terngiang pertama pasti adalah perjuangan. Kartini dikenal sebagai pelopor kebangkitan perempuan pribumi. Sama dengan Kartini, Ibuku juga pelopor kebangkitan keluarganya. Perjuangannya untuk keluarga adalah salah satu kekuatan keluargaku, khususnya anak-anaknya. Tak pernah lelah ia mengingatkan untuk selalu belajar dan tetap kuat berjuangan apapun kondisinya. Nasehatnya memang tidak pernah terdengar baku, semua selalu tersirat dalam omelannya.

Salah rasanya kalau ibuku dibilang tidak pernah marah. Dididik oleh ayahnya yang mantan pejuang 45 dan ibunya yang mengalir darah minang, sifatnya keras tapi tetap santai. Omelan selalu keluar kalau sesuatu salah atau tidak sesuai. Apakah kami kesal? Aneh rasanya kalau anak-anaknya tidak pernah merasa kesal. Tapi kami tahu, itu adalah cara ibu kami untuk mendidik kami.

Entah apa jadinya keluarga tanpa kehadirannya. Di balik omelan dan amarahnya, kami tahu, disetiap doanya selalu disebut nama kami. Tak ada balasan yang pantas untuk kami berikan padanya atas apa yang sudah ia lakukan. Nyawapun tak akan sebanding. “Tidak ada sesuatu yang lebih menyenangkan, selain menimbulkan senyum di wajah orang lain, terutama wajah yang kita cintai,” Kutipan dari R.A Kartini, yang akan selalu kuingat, untuk selalu membuat senyum di wajah Ibuku.

Alya Faradilla
Politeknik Negeri Jakarta
program studi Penerbitan (Jurnalistik)

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *