SIDOARJO, beritalima.com |Pasangan warga desa Candi Pari Hasan Bisri dan Siti Nur masih mengalami trauma dan duka mendalam saat putri kesayangannya Hanania Fatin Majida Aini (2 thn 10 bln) meninggal dunia pada Selasa, 06/04/2025 pasca perawatan di Klinik Siaga Medika Candi Pari Kecamatan Porong.
Kronologis lengkap diceritakan orang tua Hanania Fatin Majida Aini saat awak media datang ke rumahnya Sabtu, 23/08/2025 di Dusun Candi Pari RT 12 RW 05, Desa Candi Kecamatan Porong.
Siti menjelaskan awalnya Hanania mengalami demam sehingga di bawah ke klinik dan mendapatkan obat jalan, dua hari berselang demamnya kembali tinggi yang akhirnya dibawa ke klinik lagi dimana saat itu terjadi penolakan, saat ingin menggunakan fasilitas Kartu Indonesia Sehat (KIS) karena alasan tidak aktif.
” Kondisi Ekonomi saya sulit, suami hanya seorang sopir dan saya tidak kerja, kok bisa KIS saya ditolak, akhirnya saya gunakan biaya pribadi untuk perawatan di klinik tersebut,” jelas Siti.
Dia menambahkan selama lima hari dirawat, kondisi Hanania tidak membaik. Justru, keluhan baru muncul, di antaranya luka melepuh pada tangan yang dipasangi infus. Memasuki hari kelima dini hari, Hanania mengalami kejang-kejang. Keluarga meminta agar pasien segera dirujuk ke rumah sakit umum. Namun, pihak klinik disebut keberatan karena biaya perawatan sebesar Rp3.020.000 belum dilunasi.
“Setelah kami memaksa dan menjaminkan KK asli, akhirnya anak kami dirujuk. Tapi saat itu kondisinya sudah kritis. Di RSUD Sidoarjo hanya bertahan 12 jam, lalu meninggal dunia,” ungkap Siti Nur Aini, ibu korban.
Yang mengejutkan, ketika pasien masuk ke RSUD Sidoarjo, pihak rumah sakit menyatakan bahwa KIS milik Hanania ternyata masih aktif. Fakta ini membuat keluarga semakin mempertanyakan alasan penolakan KIS oleh pihak klinik sejak awal.
Menurut keterangan keluarga, kondisi Hanania saat tiba di RSUD Sidoarjo sangat memprihatinkan. Tubuhnya mengalami pembengkakan, membiru di sekujur badan, melepuh di tangan dan kaki, serta muncul bintik-bintik pada telapak kaki. Dokter yang menangani bahkan sudah tidak bisa banyak berbuat karena kondisi pasien terlanjur kritis.
Lebih memilukan lagi, meski Hanania telah meninggal dunia, pihak klinik disebut tetap menagih sisa biaya perawatan.
Awak media saat ingin mengkonfirmasi masalah tersebut ke pihak klinik melalui sambungan seluler yang terhubung dengan bagian penagihan bernama Jihan ternyata tidak ada tanggapan dan terkesan saling lempar, sampai berita ini tayang masih belum ada tanggapan dari klinik tersebut. (RH)






