MALANG, beritalima.com | Bebatuan yang tergeletak ditengah hutan, diyakini berstatus purbakala, usai ditemukan 2 hari lalu, secara tidak sengaja oleh para petani. Temuan berbagai rupa dan ukuran bebatuan tersebut, lantas dilaporkan kepada perangkat desa setempat.
Secara administratif, bebatuan kuno itu berada di Dusun Ganten, Desa Tulungrejo, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang.
Sebelum ditemukan, hujan mengguyur terus menerus dikawasan lereng Gunung Arjuno selama lebih dari sepekan.
Dikatakan Kepala Dusun Jabon, Gatot (minggu,23/2/2020), bebatuan tersebut ditemukan para petani yang beraktifitas disekitar lereng Gunung Arjuno, tepatnya di Gunung Songko.
Menurutnya, kemungkinan bebatuan itu muncul akibat hujan yang terus menerus dikawasan tersebut. Akibatnya, permukaan tanah turun, dan bebatuan berbagai rupa dan ukuran terlihat oleh para petani.
Berdasarkan pengamatan, terlihat 3 bentuk bebatuan yang ditemukan, ada yang berbentuk seperti lumpang, ada yang berbentuk batu bata dan ada yang berbentuk batu panjang.
Dari pengukuran dilokasi, batu bata yang paling besar berukuran panjang 42 centimeter, lebar 28 centimeter dan tebal 22 centimeter. Sedangkan yang paling kecil berukuran panjang 36, lebar 24 centimeter dan tebal 20 centimeter.
Batu yang berbentuk lumpang, tercatat berdiameter 34 centimeter dan tinggi 20 centimeter. Batu yang berbentuk memanjang dan agak lonjong, tercatat panjang 44 centimeter dan tebal 16 centimeter.
Gatot mengakui tidak tahu fungsi masing-masing batu yang ditemukan tersebut, tetapi ia meyakini kalau bebatuan tersebut merupakan benda purbakala.
Lanjutnya, saat ditemukan, batu tersebut dalam kotor dipenuhi tanah, dan usai dibersihkan dengan cara diguyur air, barulah nampak bentuk bebatuan kuno itu.
Jalan menuju ke lokasi ditemukannya bebatuan tersebut, bisa dikatakan cukup ekstrim. Apalagi, jalan yang dilalui adalah jalan setapak, dan ketika hujan, air akan mengalir cukup deras dari atas kebawah.
Disamping jalan setapak tersebut, jurang yang cukup tinggi menantang adrenalin orang yang melewatinya, khususnya yang menggunakan sepeda motor.
Lebar jalan, hanya 1 hingga 1,5 meter, dan hujan yang terus menerus turun dikawasan tersebut, mengakibatkan jalan bergelombang, dan kendaraan rawan masuk jurang.
Gatot mengingatkan, bagi siapa saja yang ingin melihat bebatuan kuno tersebut, agar meminta bantuan warga setempat, entah mendampingi atau berboncengan. Selain itu, banyak jalan bercabang yang beresiko rawan tersesat ditengah hutan.
Sementara itu, ia berharap adanya perhatian khusus dati pihak otoritas yang berwenang menangani benda-benda purbakala. Kelak, benda-benda tersebut menambah daftar situs-situs kuno yang tersebar di lereng Gunung Arjuno, sekaligus menjadi objek arkeologi dan edukasi. (dodik)