JAKARTA, Beritalima.com– Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti meminta pemerintah menunda rencana Pembelajaran Tatap Muka (PTM) pada tahun ajaran baru, Juli mendatang karena terjadi lonjakan kasus Covid-19 sangat tinggi.
Bahkan, anak yang terinfeksi virus itu sangat tinggi. Berdasarkan catatan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), persentase anak terinfeksi Covid-19 mencapai 12,5 persen. KPAI menyebut, ketiadaan ruang ICU pasien anak mengakibatkan banyak anak meninggal akibat Covid-19.
Akibatnya, kematian anak karena Covid-19 di Indonesia menjadi yang tertinggi di dunia. “Melihat data itu, saya sebagai Ketua DPD RI meminta Pemerintah dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Ristek untuk menunda rencana sekolah tatap muka,” tutur LaNyalla dalam keterangan pers pertengahan pekan ini.
Senator dari Dapil Provinsi Jawa Timur itu juga meminta pemerintah mempertimbangkan rencana sekolah tatap muka yang ingin dilakukan secara terbatas dengan protokol kesehatan. Karena, risiko terpaparnya anak dari Covid-19 masih sangat besar. Apalagi, anak-anak masih sulit menerapkan protokol kesehatan seperti orang dewasa.
“Satgas Covid-19 menyatakan data per 10 Juni 2021, tren kasus pada anak cukup tinggi. Padahal kita tahu saat ini sebagian besar anak masih melakukan sekolah jarak jauh dari rumah tetapi ternyata kasus pada anak juga cukup tinggi,” tutur LaNyalla.
Berdasarkan data Satgas Covid-19, terdapat 64.690 kasus positif anak dengan rentang usia 7-12 tahun. Lebih 60.642 sembuh, 120 meninggal.
Usia 16-18 tahun yang positif Covid-19 ada 58.858, sembuh 55.159 dan 130 meninggal. Untuk usia 13-15 tahun 46.706 kasus dan meninggal 68 orang.
“Ini menunjukkan angka kasus Covid-19 untuk anak usia sekolah tinggi. Kategori SD dan SMA ini termasuk kelompok terpapar tinggi dan harus jadi perhatian bersama. Dari data ini dapat disimpulkan peta risiko penularan Covid-19 di satuan pendidikan cukup besar,” kata LaNyalla.
Sudah 32,19 persen sekolah melakukan PTM terbatas per 17 Juni. Namun, LaNyalla menyoroti data dari Kementerian Kesehatan yang menyatakan kesiapan sekolah dalam pencegahan Covid-19 masih rendah.
“Masih kurang kesiapan sekolah dari segi sarana sanitasi dan kebersihan seperti toilet, sarana cuci tangan dengan air mengalir menggunakan sabun atau cairan pembersih atau disinfektan. Ini menjadi pertimbangan penundaan sekolah tatap muka meski dilakukan seminggu 2 kali dengan kapasitas kelas 50 persen,” papar dia.
Menurut dia, Kemenkes juga mencatat rendahnya kemampuan sekolah mengakses fasilitas, layanan kesehatan seperti Puskesmas, klinik, dan rumah sakit. Juga terkait kesiapan menerapkan area wajib masker kain atau masker tembus pandang bagi peserta disabilitas rungu.
Selain kesiapan berupa ketersediaan thermogun dan pemetaan warga satuan pendidikan yang tidak boleh melakukan kegiatan seperti memiliki komorbid. Vaksinasi Covid-19 kepada tenaga pendidik juga masih belum sempurna. “Beban Puskesmas besar. Banyak tenaga kesehatan terpapar Covid-19 saat bertugas sehingga harus menjalani isolasi mandiri.”
LaNyalla juga menyoroti keterisian tempat tidur atau Bed Occupancy Rate (BOR) yang saat ini kritis. Dia meminta pemerintah untuk menambah lagi kapasitas ruang perawatan untuk pasien anak.
“Pemerintah harus menyediakan fasilitas ruang NICU dan ICU khusus Covid bagi pasien anak. Karena kritisnya ruang ICU dan NICU di berbagai daerah di Indonesia mengakibatkan pasien anak positif Corona dalam kondisi kritis sulit diselamatkan,” tegas dia.
Sebagai ganti penundaan sekolah tatap muka, dia meminta pemerintah memaksimalkan sistem PJJ. Meski kurang ideal, kondisi Covid-19 yang sudah mengkhawatirkan menjadikan sekolah jarak jauh sebagai solusi terbaik.
“Maksimalkan pembelajaran jarak jauh dengan melibatkan pihak yang punya korelasi dengan pendidikan dan anak, seperti NGO dan relawan pemerhati anak yang fokus kegiatan mengajar agar pembelajaran lebih intensif,” ucap LaNyalla.
DPD RI melakui Komite III yang membidangi pendidikan dipastikan ikut memantau perkembangan mengenai rencana sekolah tatap muka. Ia juga mengimbau agar percobaan sekolah tatap muka disetop dahulu, kecuali bagi daerah yang berstatus zona hijau.
“Saya pun berharap kepada orang tua murid untuk lebih memperhatikan anak-anaknya. Dampingi selalu anak-anak saat belajar dari rumah, dan hindari dulu beraktivitas di luar karena penyebaran virus Corona baru sangat cepat,” demikian AA LaNyalla Mahmud Mattalitti. (akhir)