SURABAYA, Beritalima.com-
Kasus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) kembali mengalami lonjakan signifikan di Jawa Timur sejak 8 Desember 2024. Puncaknya, pada 29 Desember 2024.
Menurut Anggota Fraksi PKS di DPRD provinsi Jawa Timur Khusnul Khuluk, vaksinasi massal untuk hewan ternak harus segera dilakukan.
Vaksinasi massal ini dirasa sangat penting mengingat penyebaran penyakit ini sangat cepat. Dinas Kominfo Provinsi Jawa Timur, dalam rilisnya menyampaikan, tercatat ada 588 kasus baru dalam sehari di Jawa Timur.
Selama bulan Desember 2024, kasus PMK tersebar di 27 kabupaten/kota, meliputi 259 kecamatan dan 659 desa di Jawa Timur.
“Pemerintah harus secara terus menerus melakukan vaksinasi massal pada hewan ternak. Mengingat populasi hewan ternak yang rentan PMK di Jawa Timur ini sangat besar,” tegas anggota Komisi B DPRD provinsi Jatim ini.
Pemerintah harus segera melakukan koordinasi dengan dinas terkait di kabupaten/kota setempat. Sehingga pemerintah daerah juga bisa segera melaksanakan koordinasi dengan pemerintah yang ada di tingkat bawahnya.
Meski demikian, Khusnul mengaku ada tantangan yang akan ditemui pemerintah saat akan melakukan vaksinasi massal, beberapa masyarakat masih gencar menolak.
Khusnul menyampaikan, di kalangan masyarakat, masih ada yang takut hewan ternaknya divaksin. Ada isu, jika hewan ternaknya divaksin, akan membuat sapi yang hamil keguguran.
“Karenanya, pemerintah juga harus melakukan edukasi kepada masyarakat. Pemerintah harus meyakinkan peternak, bahwa vaksinasi ini aman dilakukan,” ujarnya.
Dalam edukasi yang dilakukan, pemerintah juga sebaiknya mengingatkan agar peternak terus menjaga kebersihan kandangnya dengan rutin memberi disinvectan.
“Saya pernah memberi bantuan disinvectan dalam jumlah banyak. Karena ini penting, karena melakukan penyemprotan disinvectan di kandang merupakan salah satu pencegahan PMK,” kata Khusnul.
Khusnul menambahkan bahwa kasus PMK ini sebetulnya sudah terjadi mulai 3 bulan yang lalu. Khusnul mengaku sudah mendapatkan banyak keluhan masyarakat di Lumajang.
“Ini lebih parah dibandingkan dengan awal Tahun 2022. Kalau Tahun 2022 itu biasanya sampai satu minggu baru mati, kalau ini, dua hari di kadang sudah mati. Kejadiannya sangat cepat, tiba-tiba sapi tidak mau makan, lalu tiba-tiba roboh dan mati,” akuhnya.
PMK ini, ia menyampaikan biasanya ditandai dengan luka yang dimulai dari mulut, atau terkadang dari kaki.
Khusnul juga mendesak pemerintah untuk melakukan mitigasi, agar bisa memantau penyebaran penyakit.
“Sehingga kalaulah memang ada di satu kandang atau beberapa kandang di desa itu terkena PMK yang model baru ini, ya secepatnya pemerintah memberikan bantuan berupa obat-obatan dan lain sebagainya. Kasihan masyarakat kita,” sambungnya.
“Masyarakat di desa itu sayangnya terhadap hewan peliharaannya itu melebihi sayang terhadap anak. Karena kalau anak sakit itu biasa saja, petani itu enggak sampai nangis-nangis. Tapi kalau sapi atau dombanya yang sakit, nangisnya bisa lama, karena ini memang aset yang sangat berharga, mungkin ada satu-satunya tabungan mereka,” pungkas Khusnul.(Yul)