Oleh:
Rudi S Kamri
Hari ini 1 Juni kita peringati sebagai Hari Lahir Pancasila. Momentum kelahiran Pancasila diambil saat Ir. Soekarno pada 1 Juni 1945 untuk pertama kalinya mengenalkan istilah Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi bangsa di hadapan sidang Badan Penyelidik Usaha- Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Meskipun tata urutan sila-sila Pancasila versi Bung Karno berbeda dengan Pancasila yang kita kenal sekarang, namun Bung Karno-lah orang pertama yang mengenalkan nama Pancasila kepada khalayak ramai.
Setelah Pancasila hilang bak ditelan bumi di kurun waktu1998 – 2014, baru di awal pemerintahan Presiden Jokowi pada tahun 2014 eksistensi Pancasila sebagai ideologi negara dan “state vision” dimunculkan kembali. Mulai ditetapkannya 1 Juni sebagai Hari Lahir Pancasila sampai pembentukan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP).
Namun ironisnya justru Presiden Jokowi yang paling banyak diserang kelompok lawannya dengan menggunakan isu komunis. Presiden Jokowi difitnah anak seorang Partai Komunis Indonesia (PKI) juga difitnah akan kembali menghidupkan PKI. Tuduhan keji tersebut jelas hanya fitnah semata. Karena para penuduh itu tidak pernah mampu membuktikan tuduhan palsunya.
Serangan dengan menggunakan hantu PKI dan komunis biasanya semakin masif menjelang peringatan hari lahir Pancasila 1 Juni seperti saat ini. Mereka membuat narasi Post Truth tentang kebangkitan ideologi komunisme dan PKI. Tuduhan tersebut bagi saya hanya pengalihan isu dari agenda sebenarnya dari mereka yaitu ingin menggoyang pemerintahan dan menurunkan Presiden Jokowi.
Mereka menafikan kenyataan bahwa komunisme secara global sejatinya sudah merupakan ideologi bangkrut karena tidak mampu lagi menjawab tantangan dan perkembangan zaman. Di dalam negeri pun tidak ada sedikitpun tanda-tanda atau indikasi benih-benih ideologi komunis akan tumbuh. PKI dan komunisme sudah mati dan terkubur di bumi Indonesia.
Bagi saya, ancaman terhadap ideologi bangsa Pancasila paling besar dan serius yang harus diwaspadai justru datang dari kelompok ekstrem kanan yang mengusung ideologi khilafah. Mereka telah terbukti berkali-kali berupaya keras menggantikan sistem pemerintahan dan ideologi negara kita dengan sistem khilafah. Tapi kelompok mereka berkamuflase dengan getol mengembangkan halusinasi akan adanya kebangkitan ideologi komunis dan PKI. Mereka yang mencetak bendera dan stiker palu arit, mereka juga yang membakar bendera itu, seolah PKI bangkit lagi. Kalau diminta menunjukkan bukti atau data, mereka akan ngeles dengan berbagai cara.
Mereka sekali lagi hanya berupaya mengalihkan isu, agar gerakan mereka tidak terendus. Salah satu caranya adalah dengan menggunakan strategi Firehose of Falsehood yaitu teknik propaganda semburan dusta dengan menebarkan pesan palsu berulang-ulang tanpa henti di media dengan kebangkitan PKI dan komunisme.
Padahal kelompok ini hanya sedang berupaya menggoyang pemerintah dan berusaha menurunkan Presiden Jokowi dengan cara tidak konstitusional. Mereka adalah kumpulan elite Islam radikalis, kumpulan barisan sakit hati dan kelompok orang mafia kekuasaan yang sedang berhalusinasi. Sudah pasti usaha mereka akan sia-sia, karena mayoritas rakyat Indonesia sudah cerdas memilah mana emas dan mana yang loyang.
Upaya mengganti Pancasila dengan ideologi lain hanya seperti menggantang asap. Suatu pekerjaan yang sia-sia. Karena Pancasila sudah lebur dalam keseharian darah dan detak nadi bangsa Indonesia.
Salam SATU Indonesia
01062020