Caption: Dari kiri Alyssa Chiara Handini Tandy (Ketua UAPH), Armuji (wakil walikota Surabaya), Kenfuri Sonia (Rescuer dan Animal Lover Surabaya)
SURABAYA, Beritalima.com|
Terhitung 200 kucing terbuang di bawah Tol Waru dan harus segera mendapat perawatan khusus. Komunitas UNAIR Peduli Hewan (UAPH) geram dan mengambil tindakan. Pihaknya menggandeng Animal Lovers Surabaya untuk membawa narasi kesejahteraan hewan ke Pemerintahan Kota Surabaya.
Selain area pembuangan kucing liar, terdapat empat isu lainnya yang dibahas. Yakni, pertunjukkan topeng monyet yang seharusnya tidak boleh dimainkan lagi; kesehatan kuda pada dokar; jagal anjing di Surabaya; dan jual beli hewan primata di Pasar Bratang Surabaya.
Memenuhi undangan wakil walikota Surabaya Armuji, Ketua UAPH Alyssa Chiara Handini Tandy menceritakan bahwa area bawah tol yang seharusnya steril, bebas menjadi ‘sarang’ pembuangan kucing.
“Padahal, di jalan raya itu rawan. Banyak kendaraan besar yang lalu lalang dan itu membahayakan kucing maupun pengemudi. Selain itu, pernah terjadi vandalisme di sekitar shelter. Makanya, salah satu dari kami berkirim pesan lewat akun sosial medianya Pak Walikota, akhirnya kami diundang,’’ ucapnya.
Sesuai misinya, komunitas non-profit yang kini telah menghimpun 79 orang itu tidak hanya pada hewan kucing liar. Melainkan hewan-hewan lain yang membutuhkan pertolongan.
Di sisi lain, Rescuer and Animal Lover Surabaya Kenfuri Sonia menyatakan bahwa meski sudah diatur Perda, masih banyak aksi eksploitasi hewan. Salah satunya, topeng monyet yang cenderung animal violence. Secara tidak langsung, itu juga akan mempengaruhi penonton melakukan animal violence.
“Mulai hal kecil, misalnya mencubit hewan, menarik ekor hewan, mencabut bulu hewan yang di mana itu adalah tindakan menyiksa. Apalagi mayoritas penontonnya adalah anak kecil. Belum lagi munculnya zoonosis (penyakit dari hewan yang menular ke manusia ataupun sebaliknya, Red),’’ terangnya.
Di samping itu, sekarang marak jagal anjing di Surabaya. Sementara anjing bukan hewan yang layak konsumsi. Cara menjagalnya pun dipukul sampai mati, lalu dipotong- potong. Selain itu juga perkara dokar, kuda hamil baru melahirkan dipaksa bekerja, keadaan lelah masih dipecuti oleh delman yang beroperasi di Surabaya.
Dari beberapa kolektif aduan tersebut, wakil walikota menanggapinya secara positif. Terbukti, selepas audiensi pihak walikota terus menanyakan kondisi dan follow-up membantu relokasi pembuangan kucing liar di shelter Tol Waru, menyelamatkan satwa atau monyet untuk direhabilitasi dan dilepasliarkan kembali ke alamnya bekerja sama dengan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Jawa Timur. Kemudian mengedukasi dan mendata kuda pekerja dan kusir bekerja sama dengan Pusat Veteriner Farma ( PUSVETMA) agar turut memantau kesehatan kuda.
Terkait itu,UAPH sangat berharap bisa berdiskusi mengenai kebijakan dengan pihak kampus agar mendapat dukungan moril sehingga tidak ada lagi kesalahpahaman penyitaan dispenser pakan kucing. Komunitas non-profit yang bergantung pada donasi juga berterima kasih atas dukungan materi dari beberapa pihak, termasuk dosen FH Bu Ninis. (Yul)