Bogor, beritalima.com| – Warga Desa Sukagalih, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, kini merasa bingung mempertanyakan nasibnya, setelah beberapa bulan lalu kawasan ekowisata tempatnya bekerja (Eiger Adventure Land), ditutup oleh Pemerintah.
Saat terjadi banjir besar di Jabodetabek Maret 2025, salah satu kawasan wisata di Puncak, Bogor, menjadi sasaran biang utama kesalahan karena telah beralihnya fungsi peruntukkan lahan. Dan, berdirinya kawasan ekowisata di Megamendung, termasuk yang dinilai menyalahi aturan.
Lalu apa kata ratusan masyarakat yang telah bekerja dan menggantung nasibnya di usaha ekowisata tersebut? Masyarakat Kampung Lemah Neundeut, Desa Sukagalih, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, mengaku khawatir dengan kemungkinan penutupan Eiger Adventure Land. Pasalnya, keberadaan tempat wisata tersebut telah memberikan dampak besar terhadap perekonomian warga, terutama melalui penyediaan lapangan kerja bagi sekitar 300 orang.
Seperti diutarakan tokoh masyarakat setempat, Fahmi, menuturkan sejak berdiri pada 2018, Eiger Adventure Land tak hanya membuka peluang kerja bagi pemuda, tapi juga bagi warga lanjut usia berusia 50–60 tahun. Kehadiran Eiger, menurutnya, ikut mendorong tumbuhnya usaha kecil, seperti warung makan, rumah kontrakan, serta membantu banyak keluarga menyekolahkan anak-anaknya.
“Kalau sampai ditutup, masyarakat pasti terpukul. Ada risiko anak-anak putus sekolah karena orang tuanya kehilangan mata pencaharian,” kisah Fahmi kepada media (15/8). Faktanya, sebelum kehadiran Eiger, kawasan tersebut merupakan lahan gundul yang hanya ditanami sayuran dan pisang dengan sistem bagi hasil.
Seiring kehadiran Eiger, dilakukan reboisasi dengan penanaman sekitar 50 ribu pohon, di mana masyarakat juga dilibatkan dan mendapat upah dari proses tersebut. Hal senada disampaikan Ketua RT setempat, Mumuh. Ia menyebut mayoritas warganya kini bekerja di Eiger. Dari tiga RT, jumlah pekerja mencapai sekitar 300 orang.
“Dulu lahan ini tandus. Sekarang banyak pohon besar tumbuh, sehingga lebih hijau. Saya pribadi sangat mendukung keberadaan Eiger karena membuka kesempatan kerja. Kalau ditutup, kasihan warga yang kehilangan penghasilan,” ungkapnya. Belum lagi, dampak leakan pengangguran sudah pasti akan terjadi, dan berimbas pada perekonomian lokal.
Beberapa pekerja lokal, seperti Wawan (50) dan Murji (48), turut menceritakan rasa syukurnya karna selama tujuh tahun bekerja di Eiger, kebutuhan keluarga bisa terpenuhi. “Kalau ditutup, kami bingung harus mencari kerja ke mana. Kami tidak punya ijazah, hanya bisa bekerja serabutan,” tuturnya.
Bahkan, salah satu pekerja Eiger Land, Yuyun (59 tahun), menjelaskan tugasnya bersama teman temannya adalah merawat tanaman dan hutan sekitar Eiger Land. “Sejak 3 tahun lalu kita semua mulai bekerja disini. Kita menanam bibit, mengurus bibit. Dengan keberadaan Eiger ini kita sangat bersyukur, karena membuka lapangan kerja buat warga sekitar,” tambahnya.
Lalu, kata Yuyun, “setelah bekerja di Eiger ini ada peningkatan kesejahteraan. Alhamdulillah ya kalau bisa sih tempatnya, jangan tutup. Dibuka demi warga sekitar. Kalau misalnya ditutup terus cari kerja ke mana lagi pak,” kisah ibu Yuyun sembari mengusap linangan air matanya.
Kehadiran Eiger Adventure Land membuka ekowisata di Bogor tampaknya tak sekedar mengejar profit semata. Tanggungjawab sosial dan lingkungan sangat diperhatikan, seperti yang diutarakan beberapa warga setempat yang turut bekerja di dalamnya.
Jurnalis: abriyanto
