Jakarta, beritalima.com| – PT Kereta Api Indonesia (KAI Persero) bakal kembangkan kawasan Sudirman di jantung kota Jakarta sebagai sarana transportasi terintegrasi.
Konsep ini akan direalisasi saat Kick Off Meeting bertajuk “Sudirman Gateway: Transit Oriented Development (TOD) Project Preparation for Viable Private Investment” di Ballroom Jakarta Railway Center (14/5).
Rencana tersebut menjadi langkah awal dari penyusunan kajian pengembangan kawasan Sudirman sebagai pusat integrasi transportasi publik yang aman, efisien, dan bernilai tambah secara ekonomi.
Acara ini dipimpin oleh Direktur Utama KAI Didiek Hartantyo dan dihadiri oleh manajemen PT Moda Integrasi Transportasi Jabodetabek (MITJ)—perusahaan patungan antara KAI dan MRT Jakarta—serta perwakilan dari Kemitraan Indonesia Australia untuk Infrastruktur (KIAT), fasilitas kerja sama teknis dari Pemerintah Australia. MITJ dan KIAT akan mendukung penyusunan studi kelayakan serta strategi investasi kawasan ini.
Kawasan Sudirman menunjukkan peran strategis dalam jaringan transportasi publik. Selama 2024–2025, Stasiun Sudirman melayani 14.378.933 penumpang naik dan 14.706.150 penumpang turun Commuter Line, sedangkan Stasiun Karet 4.479.228 penumpang naik dan 4.667.803 turun.
Moda transportasi lainnya yang terhubung di kawasan ini, seperti LRT Jabodebek, juga mencatat aktivitas signifikan. Di Stasiun Dukuh Atas BNI, tercatat 5.580.440 penumpang naik dan 5.235.997 penumpang turun selama periode yang sama.
Didiek menyampaikan, pengembangan kawasan ini merupakan inisiatif kolaboratif untuk memperkuat integrasi layanan, memaksimalkan potensi ruang, serta menjawab pertumbuhan mobilitas masyarakat perkotaan yang terus meningkat. Proyek ini diposisikan sebagai ruang reflektif dan sinergis untuk menghadirkan simpul transit yang relevan dengan kebutuhan mobilitas saat ini.
Menurutnya, kawasan transit harus menjadi penggerak perubahan, bukan sekadar titik singgah. Konsep seperti Sudirman Gateway akan memperkaya tata kelola kawasan kota, selama dikerjakan secara selaras dengan inisiatif dan kebijakan yang telah berjalan, serta bersinergi dengan regulator dan pemangku kepentingan lainnya.
Sebagai langkah awal, ditandatangani partnership MITJ dan KIAT. Partnership ini menjadi tonggak pembaruan studi kelayakan yang sebelumnya telah disusun MITJ, agar selaras dengan dinamika dan potensi kawasan yang terus berkembang. Dengan penataan ulang peran Stasiun Karet dan optimalisasi Stasiun Sudirman serta BNI City, kawasan ini diproyeksikan sebagai hub utama layanan KAI Commuter.
Kajian akan menyoroti berbagai aspek strategis, termasuk optimalisasi integrasi antarmoda—Commuter Line, MRT, LRT, dan KA Bandara—serta peningkatan kenyamanan pengguna. Studi ini menjadi awal penguatan potensi pendapatan non-tiket, melalui pengembangan ruang komersial, area co-working, dan fasilitas publik lain yang bernilai ekonomi di sekitar kawasan.
Sudirman Gateway mengusung tema besar “Reimagining Sudirman Gateway: Transformasi Perkotaan melalui Mobilitas Tanpa Hambatan, Ruang Publik Inklusif, dan Kehidupan Kota yang Dinamis.” Visi ini disertai misi peningkatan konektivitas multimoda, desain kawasan yang ramah lingkungan, dan ruang publik yang adil bagi seluruh lapisan masyarakat, termasuk kelompok rentan.
Didiek menekankan bahwa KAI bersama para mitra bertindak sebagai fasilitator strategi. Sementara implementasi kebijakan dan teknis sepenuhnya berada di tangan lembaga berwenang. Keberhasilan proyek ini terletak pada penyelarasan visi dan kolaborasi lintas sektor, bukan sekadar pembangunan fisik.
Proyek ini juga dirancang untuk menghasilkan nilai tambah secara sosial dan ekonomi. Selain menciptakan mobilitas yang efisien dan rendah emisi, proyek ini turut menghadirkan ruang usaha yang mendukung pelaku ekonomi lokal dan menciptakan nilai tambah kawasan secara jangka panjang.
Seluruh proses akan dijalankan secara bertahap sepanjang 2025, mulai dari pengumpulan data, konsultasi teknis, penyusunan konsep dan strategi bisnis, hingga finalisasi kajian. KAI berkomitmen menjalankan tahapan ini dengan prinsip transparansi, kolaborasi, dan keberlanjutan.
Jurnalis: Rendy/Abri







