Jakarta – Sebanyak 10 Warga Negara Indonesia (WNI) berhasil dipulangkan ke tanah air, setelah hampir 36 hari disandera oleh kelompok Abu Sayyaf di bagian selatan Filipina.
Meski seluruh awak kapal yang disandera kembali dengan selamat, namun pembebasan sandera justru memunculkan kontroversial akibat saling klaim dari bebrapa pihak.
Presiden kelima Republik Indonesia, Megawati Soekarnoputri, mengeluarkan celetukan terkait pembebasan 10 sandera WNI di tengah pidatonya dalam sebuah acara di Jakarta.
“Ya terang saja dilepas, wong dibayar kok,” celetuk dalam diskusi di Hotel Double Tree, Jakarta, Senin (2/5). Namun, saat dikejar wartawan mengenai pernyataan itu, Megawati enggan memberi penjelasan dan memilih bungkam.
Sebelumnya, Deputi Chairman Media Group Rerie L. Moerdijat, pembebasan sandera dilakukan atas kerja tim kemanusiaan Surya Paloh yang merupakan sinergi jaringan pendidikan Yayasan Sukma (Sekolah Sukma Bangsa di Aceh) dibawah pimpinan Ahmad Baidowi dan Samsul Rizall Panggabean, kelompok Media Group, Partai Nasdem di bawah Ketua Fraksi DPR Victor B Laiskodat serta anggota DPR Fraksi Nasdem Mayjen (Purn) Supiadin.
Upaya dan proses pembebasan dilakukan oleh tim kemanusiaan Surya Paloh sejak 3 April 2016. Negosiasi pembebasan sandera dilakukan jaringan Yayasan Sukma dengan melakukan dialog langsung dengan sejumlah tokoh masyarakat, LSM, lembaga kemanusian di daerah Sulu yang memiliki akses langsung ke pihak Abu Sayyaf di bawah koordinasi langsung pemerintah Republik Indonesia.
Terpisah, Kapuspen TNI Tatang Sulaiman di Jakarta, Senin (2/5) mengatakan pembebasan WNI tidak terlepas dari operasi Intelijen.
“Pasukan fisik memang tidak bergerak dan masih berada di Tarakan. Tetapi TNI tidak tidur. Operasi intelijen dilakukan sehingga semuanya bisa bebas,” tegasnya.
Dia tidak setuju jika operasi itu diklaim hanya kerja dari sekelompok orang saja. Menurutnya, semua pihak bekerja termasuk TNI.
“Tanggal 29 April lalu, saat berada di Sorong, Papua, Panglima TNI Gatot Nurmantyo telah mengatakan tidak lama lagi para sandera akan bebas. Dua hari setelah itu, mereka bebas. Jadi, Panglima TNI sudah tahu akan pembebasan itu karena intelijen terus bekerja,” tutupnya.
(mbk)