JAKARTA, Beritalima.com– Ketua DPR RI Bambang Soesatyo mengharapkan kehadiran Relawan Pengusaha Muda Nasional (Repnas) dapat membuat atmosfer politik di Indonesia tercerahkan.
Soalnya, ungkap laki-laki yang dipanggil Bamsoet itu, akhir-akhir ini atmosfer politik di tanah air suram karena diisi perdebatan berbau Suku, Agama, Ras dan Antar Golongan (SARA) terkait seputar ekonomi dan pembangunan.
Pengusaha muda yang berada dalam naungan Repnas harus menghadirkan perdebatan yang rasional, progresif dan mencerdaskan. “Permasalahan berbau SARA harus sudah selesai tatkala bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya.
Bahkan jauh sebelum merdeka, kehidupan masyarakat kita yang beraneka ragam telah menunjukan semangat kegotongroyongannya. “Jangan sampai perdebatan SARA yang terjadi justru membuat bangsa kita mundur jauh ke belakang,” kata Bambang di sela-sela deklarasi Relawan Repnas untuk Jokowi-Maruf di Jakarta, Sabtu (3/11).
Hadir dalam acara itu Presiden Joko Widodo, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Ketua Dewan Pembina Repnas Bahlil Lahadalia dan Ketua Nasional Repnas Eka Sastra.
Politisi senior Partai Golkar ini memaparkan, peta pemilih di Indonesia dapat dikelompokan empat kategori. Pertama pemilih rasional 41,3 persen. Mereka memilih dengan mempertimbangkan visi, misi dan program.
Kedua, pemilih emosional 10,4 persen. Kelompok ini memilih karena alasan agama, suku dan kedaerahan. Ketiga, pemilih apatis 10,8 persen. Mereka pemilih yang tidak mau tahu dengan proses politik.
“Keempat, kelompok swing voters 37,5 persen. Mereka pemilih yang biasanya belum yakin sejak awal dan akan menentukan pilihannya di saat-saat akhir,” kata laki-laki yang akrab disapa Bamsoet ini.
Mengenai sosok Jokowi, Bamsoet menilai Jokowi merupakan orang yang sederhana tetapi tegas, memimpin dengan tulus, merakyat, mau berdialog dan turun langsung ke rakyat.
Selain itu, baik diri pribadi Jokowi maupun keluarganya bersih dari catatan korupsi. Bukan hanya figur yang menarik, Jokowi memimpin negeri sangat agresif.
Misalnya, pembangunan infrastruktur yang merata, mengubah landscape pembangunan dari Jawa sentris menjadi Indonesia sentris, satu harga BBM yang mencerminkan keadilan sosial, kemudahan berusaha, program sosial seperti KIS dan KIP, reformasi agraria dan redistribusi aset, bantuan UMKM berupa penurunan bunga KUR menjadi 7 persen.
Lebih jauh Bamsoet menjelaskan, setidaknya ada tiga faktor utama mengapa Jokowi harus melanjutkan kepemimpinannya. Pertama, pembangunan perlu dilanjutkan supaya rakyat maju dan sejahtera. Kedua, program jangka panjang di bidang infrastruktur dan pengembangan SDM tidak cukup hanya dikerjakan lima tahun.
“Figur Jokowi diperlukan untuk mengantarkan Indonesia memasuki tahapan negara maju yang bisa dicapai 2030 sehingga negara yang kita cintai ini tidak bubar di tengah jalan, sebagaimana prediksi sebagian elite politik.”
Karena itu, untuk memperkuat dukungan kepada pasangan Jokowi-Maruf, Kepala Badan Bela Negara FKPPI ini menerangkan ada enam langkah yang perlu dilakukan.
Pertama, memantapkan dukungan kelompok menengah ke bawah dan warga pedesaan. Kedua, memperluas dukungan kelompok menengan ke atas dan masyarakat perkotaan. Ketiga, memperkuat dukungan generasi milenial.
Keempat, mengoptimalkan dukungan partai politik beserta para calegnya. Kelima, menyusun strategi micro targeting, menggunakan bigdata analytic. Dan, keenam, memperbanyak serangan udara melalui kampanye media sosial dan iklan.
“Jika Repnas mampu menjalankan seluruh langkah tadi, Insya Allah kemenangan pasangan Jokowi – Maruf Amin bisa diraih bersama,” demikian Bambang Soesatyo. (akhir)