SURABAYA, Beritalima.com |
Di tengah naiknya kasus Virus Corona atau Covid-19, kecemasan dan ketakutan masyarakat untuk tertular menjadi masalah baru yang perlu untuk diperhatikan berbagai pihak. Terlebih, kecemasan dan ketakutan tersebut tidak jarang menimbulkan stigma masyarakat kepada para pasien Covid-19 dan tenaga medis yang menanganinya. Bahkan kadang, stigma tersebut menimbulkan perilaku diskriminatif terhadap pasien dan petugas medis.
Menurut Hario Megatsari S.KM., M.Kes, dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga (UNAIR), stigma tersebut disebabkan karena ketidakpahaman masyarakat mengenai permasalahan yang ada. Sehingga, masyarakat yang seharusnya mendukung petugas medis malah bertindak sebaliknya.
“Petugas medis seharusnya didukung penuh oleh seluruh pihak termasuk masyarakat. Sehingga, secara psikologis mereka nyaman untuk bekerja,” ucap dosen yang akrab disapa Fisto tersebut.
Terdapat beberapa dukungan yang bisa diberikan masyarakat kepada petugas medis, khususnya petugas medis yang menangani Covid-19. Di antaranya adalah menjaga rumah petugas medis tersebut, membelikan makanan yang bergizi, atau menjaga anak petugas medis dengan baik. Dukungan serupa juga dapat diberikan kepada keluarga pasien Covid-19.
“Upaya tersebut dapat membuat psikologis petugas medis menjadi tenang dalam melakukan pekerjaannya,” lanjut salah satu dosen di Departemen Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku FKM UNAIR itu.
Pemerintah dan seluruh lapisan masyarakat memiliki tanggung jawab yang sama untuk menghilangkan stigma terhadap petugas medis dan pasien Covid-19. Selain itu, masyarakat juga perlu belajar banyak tentang Covid-19 sehinga mereka bisa melihat permasalahan secara proporsional.
“Untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat terkait Covid-19, maka perlu dilakukan edukasi terus menerus dan upaya untuk mengurangi hoaks. Meningat, hoaks tersebut dapat menjadi pemicu munculnya stigma tersebut,” terangnya.
Dengan melihat permasalahan yang ada saat ini, edukasi tidak langsung seperti melalui media online dirasa menjadi pilihan yang paling logis. Meskipun begitu, edukasi juga dapat dilakukan secara langsung kepada masyarakat dengan memperhatikan beberapa hal untuk mencegah penularan Covid-19.
Edukasi langsung bisa dilakukan oleh pihak kelurahan atau desa dengan didampingi oleh petugas kesehatan setempat atau pihak puskesmas. Materi edukasi yang digunakan sebaiknya menggunakan materi atau pesan yang sudah dikeluarkan oleh pemerintah.
“Ketika melakukan edukasi secara langsung, perlu diperhatikan jarak interaksi dan penggunaan alat pelindung diri (APD),” ucap Fisto.
Ditengah pandemi Covid-19 ini, Fisto mengajak seluruh pihak untuk tidak berhenti belajar. Selain itu juga tidak mudah membagi berita yang belum jelas kebenarannya. (yul)