beritalima.com | Sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat, kelompok 50 PMM Universitas Muhammadiyah Malang bantu pengajaran di Taman Pendidikan Alquran. Kegiatan ini berdasarkan kajian yang dilakukan bahwa tenaga pengajar yang ada sangat terbatas di tempat tersebut.
Pendidikan dasar agama perlu digencarkan sejak dini untuk bekal hidup anak di masa mendatang. Taman Pendidikan Alquran Dusun Ngancar, Desa Ngancar, Kecamatan Plaosan, Kabupaten Magetan salah satu tempat menimba ilmu agama bagi anak-anak daerah setempat.
Pelaksanaan kegiatan mengaji dilakukan di aula masjid Baitul Maqdis dengan menampung lebih dari 30 anak-anak dalam sekali mengaji. Dengan jumlah yang begitu banyak, tidak sepadan dengan tenaga pengajarnya yang hanya berjumlah empat orang saja. Namun, dari keempat tenaga pengajar tersebut satu orang hanya membatu sewaktu-waktu dikarenakan harus menempuh pendidikan di luar daerah.
Kedatangan Mahasiswa untuk melaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat sangat membantu tenaga pengajar Taman Pendidikan Alquran dalam menjalankan fungsinya. Dengan jumlah lima mahasiswa yang melaksanakan pengabdian, pengajaran lebih terfokus dan lebih efesien dari segi waktu dan pengelompokannya.
Sebelum melaksanakan kegiatan para mahasiswa berkonsultasi serta meminta bimbingan kepada Dosen Pembina Lapang (DPL) Ary Nakhtiar, SP. MSi sebagai penanggung jawab dan pengawas pelaksanaan PMM Universitas Mummadiyah Malang kelompok 50 Desa Ngancar, Kecamatan Plaosan, Kabupaten Magetan, pelaksanaan kegiatan ini dilakukan pada tanggal 7 Agustus 2020.
Kegiatan ini ditujukan tidak semata-mata hanya untuk menggugurkan kewajiban program kerja yang sudah dibuat. Melainkan bagaimana cara bersosialisasi, membaur, beradaptasi terhadap lingkugan dan mengetahui karakteristik warganya yang menjadi bekal untuk hidup bermasyarakat setelah keluar dari dunia kampus.
Pada proses pengajaran mengaji, mahasiswa di bagi beberapa kelompok untuk mengajarkan bagaimana cara mengaji yang benar sesuai dengan kelasnya. Tidak hanya itu, kecanggihan teknologi membuat cara mengajar mahasiswa PMM UMM berbeda dari pada pengajaran yang biasa dilakukan.
Kesan pertama yang diajarkan kepada anak-anak menganalkan siapa yang mengajarkan, setelahnya memberikan pemahaman bagaimana cara mengaji yang baik dan benar. Tidak hanya berhenti disitu saja, untuk menunggu waktu pulang tiba diceritakanlah kisah para nabi untuk memberikan pengetahuan kepada anak-anak. Dan melalui teknologi smarthphone mereka diberikan permainan untuk mengasah pengetahuannya mengenai agama islam.
“Adanya mahasiswa PMM di sini sangat membantu kami selaku tenaga pengajar untuk mengajarkan nilai-nilai islam. Kami tidak kewalahan lagi untuk mengurus anak-anak yang jumlahnya tidak sedikit. Hanya segelintir orang saja yang mau mengajarkan mengaji dengan iklas tanpa mendapatkan gaji. Tujuan kami hanya menginginkan generasi penerus Desa Ngancar bisa mengaji, mengamalkan nilai-nilai agama yang diajarkan sebagai bekal dewasa nanti. Jadi tenaga pengajar mengaji harus begitu sabar, tidak boleh bentak apalagi melakukan tindakan keras lainnya, karena kami takutnya apabila itu dilakukan anak-anak tidak mau mengaji lagi” ujar sofyan Trio pengajar di Taman Pendidikan Alquran Dusun Ngancar.
Kurangnya keterlibatan generasi muda membuat ketakutan tersendiri, dengan adanya program pengabidan kepada masyrakat nantinya anti sosial diharapkan bisa dihilangkan. Pada dasarnya ilmu agama cukup untuk membentengi diri dan mampu menanamkan sikap untuk bersosialisasi. (*/reay)