Kelangkaan Kedelai, HMS Meminta Penghapusan Impor Kedelai Agar Bisa Menyerap Kedelai Lokal

  • Whatsapp

Kota Bima NTB.beritalima.com|
Anggota Komisi IV DPR RI dari Fraksi PAN (Partai Amanat Nasional) Dapil NTB 1 Pulau Sumbawa H.Muhammad Syafrudin,ST,.MM yang akrab disapa HMS menaggapi kelangkaan kedelai impor seharusnya menjadi lampu merah bagi pemerintah untuk fokus meningkatkan produktivitas dan kualitas kedelai nasional.

HMS mengatakan selama ini petani kedelai nasional dihadapkan pada berbagai persoalan yang membuat kedelai produksi mereka tidak bisa terserap oleh pasar secara maksimal. Sejumlah hal yang membuat penyerapan kedelai nasional tidak maksimal adalah kualitas dan harga yang tidak bisa bersaing dengan kedelai impor. Peningkatan produktivitas diakuinya penting untuk diusahakan.

“Impor sebenarnya dibutuhkan karena ada kesenjangan antara kebutuhan dengan ketersediaan. Selain itu, kedelai nasional juga sulit terserap karena tidak mampu bersaing dengan kedelai impor yang lebih berkualitas baik dengan harga lebih murah,” jelas HMS dari keterangan via Seluler Senin (21/2/2022).

HMS menyatakan faktor harga jual di tingkat petani dinilai berpengaruh besar terhadap pengembangan kedelai lokal. Tidak jarang petani kedelai memilih menanam komoditas lain menurutnya, ada beberapa hal yang memengaruhi rendahnya produktivitas kedelai nasional. Pertama adalah faktor iklim karena kedelai adalah tanaman yang sebenarnya merupakan tanaman sub-tropis sehingga pertumbuhan di daerah tropis seperti Indonesia menjadi tidak maksimal.

Sementara itu di Indonesia, curah hujan yang tinggi pada musim hujan sering berakibat tanah menjadi jenuh air. Drainase yang buruk juga menyebabkan tanah juga menjadi kurang ideal untuk pertumbuhan kedelai. “Tentu saja meningkatkan produktivitas bukanlah hal mudah, oleh karena diperlukan pembinaan dan pendampingan bagi petani kedelai, serta investasi. Dengan pembinaan yang intensif maka produktivitas yang lebih tinggi meningkat. Pembinaan dapat dilakukan, antara lain dengan penggunaan benih, pupuk dan sarana produksi lain yang tepat. Pembinaan juga dapat dilakukan melalui kerjasama dengan pihak swasta” kata HMS

Satu hal lagi yang harus diperhatikan adalah penggunaan lahan yang hanya diperuntukkan untuk kedelai. Hal ini dikarenakan usaha produksi kedelai di Indonesia dilakukan pada musim tanam yang tidak selalu ideal untuk pertumbuhan tanaman karena harus menyesuaikan dengan pola dan rotasi tanam. Saat ini, kedelai masih diposisikan sebagai tanaman penyelang atau selingan bagi tanaman utama padi, jagung, tebu, tembakau, bawang merah atau tanaman lainnya.

“Tapi jika import justru membuat produksi lokal tidak bisa terserap maka saya mengusulkan untuk ditiadakan, seperti kita lihat sekarang banyak pengusaha tempe dan tahu kesusahan untuk mendapatkan bahan baku ini menunjukkan bahwa kelangkaan kedelai terjadi dimana-mana, khusus pulau sumbawa keberadaan bahan baku kedelai masih bisa mencukupi namun perlu dilihat juga sampai kapan pemenuhan itu, disisi lain keinginan para petani untuk menanam kedelai masih kecil” beber HMS (Rozak)

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait