SIDOARJO, Beritalima.com|
Adam Rusydi SPd anggota DPRD provinsi Jatim, melaksanakan reses atau penyerapan aspirasi masyarakat tahap III tahun 2021 di Balai Desa Sigik Cimande Sedati, Sidoarjo. Jaring aspirasi masyarakat tersebut berlangsung dari tanggal 29 Oktober hingga 5 November.
Dalam kesempatan tersebut, ketua DPD partai Golkar Sidoarjo ini mendapat keluhan masyarakat nelayan yang tinggal di seputar desa Cimande. Sebagian besar sambatan terkait kelangkaan BBM solar. Para nelayan kecil ini bingung bagaimana harus melaut jika pembelian solar dibatasi.
“Namanya laut itu kan luas. Terkadang perahu nelayan harus melaut hingga jauh karena belum mendapatkan tangkapan ikan. Hidup mereka 100 persen tergantung dari penghasilan penangkapan ikan. Jadi kalau masalah pembelian solar dibatasi, tentu saja menimbulkan kekhawatiran. Kalau mereka melaut sampai jauh karena ikan yang diburu belum dapat, kemudian solarnya habis. Bisa dibayangkan kan nasib mereka di tengah laut yang luas, perahunya tidak bisa jalan, tentu saja peristiwa ini sangat menyedihkan,” terang anggota komisi E ini.
Meskipun sebagai seorang legislatif Adam harus bersikap bijak dan tidak menimbulkan kegelisahan, tak urung Adam mengaku merasa sangat prihatin.
“Tugas saya kan mendengarkan masukkan, keluhan, dan ide-ide dari konstituen, tetapi ketika menjawab pertanyaan dan keluhan masyarakat ini, saya enggak bisa kemudian jawaban saya menimbulkan kekhawatiran dan kegalauan mereka. Jadi saya memberikan argumentasi bahwa saat ini memang dunia tengah menghadapi kelangkaan BBM. Karena itu, negara-negara maju berlomba-lomba mencari innovasi untuk mencari alternatif tidak bergantung pada BBM. Seperti adanya mobil listrik, adanya kebutuhan-kebutuhan industri dengan menggunakan listrik, sehingga kita bisa berhemat mengurangi ketergantungan terhadap BBM. Bukan tidak mungkin, nantinya mobil menggunakan teknologi listrik, industri-industri menggunakan teknologi listrik, sehingga BBM solar bisa dialihkan ke para nelayan,” sambung Adam.
Adam mengungkapkan bahwa pemerintah mestinya memberikan subsidi dan fasilitas untuk keberlangsungan hidup para nelayan. Jika tanpa adanya jasa para nelayan, kita tidak bisa mengkonsumsi ikan. Padahal manusia membutuhkan gizi yang didapatkan dari mengkonsumsi ikan. Ikan jauh lebih bergizi, lebih murah dan juga lebih sehat, jika dibandingkan dengan menu makanan lain.
“Kalau para nelayan ini sampai mogok, tidak mau melaut, yang harus kita pikirkan adalah, bagaimana nasib dan masa depan para nelayan ini? Disamping itu, bagaimana kalau kita yang terkenal sebagai negeri bahari yang kaya akan hasil lautnya itu, ternyata masyarakat tidak bisa mengkonsumsi ikan lagi. Ini yang harus benar-benar diperhatikan oleh pemerintah,” pungkasnya.(Yul)