Oleh: Wibisono
Dalam kurun waktu 25 Tahun akhir-akhir ini, prestasi China telah melampaui 2 abad prestasi Amerika Serikat dan Eropa. Saya mengutip pernyataan Jeff Willerstein, dosen dari Pennsylvania State University A.S, yang berkunjung ke China sebagai dosen tamu mempublikasikan opininya di media sosial.
Menurutnya pemerintah china memiliki ribuan proyek ambisius yang besar dan orang China bekerja keras sehingga melahirkan prestasi pembangunan infrastruktur yang begitu hebat diikuti keajaiban kemajuan teknologinya.
Kita semua tahu bahwa China memiliki impian menjadi Negara besar dan untuk mewujudkan impian itu, mereka memiliki target meruntuhkan hegemoni Amerika Serikat (AS).
Saat ini China berhasil mengintegrasikan ekonomi Euroasia melalui proyek raksasa Modern Silkroad atau dikenal dengan nama *one belt one road policy (OBOR)*
Melalui proyek OBOR ini, china berhasil mengisolasi AS secara ekonomi dengan mengintegrasikan Eropa, Asia dan Afrika, ditambah lagi, kebijakan perdagangan bebas China dengan Jepang, Korea Selatan, Taiwan dan Philipina.
Semua langkah ini telah berhasil mengisolasi AS secara ekonomi akibatnya AS makin defensif dengan proteksionismenya Trump, yang justru membuat AS makin terpojok.
China telah menciptakan rekor baru dalam bidang infrastruktur, seperti prestasinya dengan Kereta Api super cepat (KA), ini patut menjadi contoh bagi dunia. Kecanggihan KA cepat China melibatkan teknologi baja, material komposit, metalurgi, lokomotif, listrik, sasis, rem, kestabilan sumber daya listrik, sensor, komunikasi, telekomunikasi, kontrol otomatis, integritas sinyal transmisi, kontrol keamanan, kontrol teknik, yang melibatkan puluhan departemen penelitian, rekayasa dan manufaktur mesin, integrasi sistem, jaminan mutu dan perlindungan keamanan pemantauan berbagai area lain dan ratusan manufaktur.
Dengan keberhasilan ini China berhasil membangun KA super cepat untuk berbagai daerah dengan iklim dan kondisi alam berbeda: Ada yang melewati suhu minus 40 derajat di jalur Harbin-Dalian. Ada yang melewati daerah angin topan di seputar Pulau Hainan. Ada yang melalui daerah dengan badai gurun dengan panas yang ekstrim di Gurun Gobi alur Lan Zhou – Xin Jiang. Ada yang panjang terowongan di bawah tanah, melebihi separuh total panjang keseluruhan di jalur Gue Zhou – Guang Zhou, yang terkenal dengan sebutan Super Subway.
Selain itu jalur KA di bawah tanah kedua di Wuhan melewati bawah sungai Yangtze ini, merupakan rekor menakjubkan, menciptakan era baru manusia dalam membangun kereta bawah tanah. Terowongan kereta bawah ini sedalam 58 meter di bawah Sungai Yangtze, dengan total panjangnya 4600 meter, memecahkan rekor. Semua ini menunjukkan bahwa, selain mampu membangun jembatan, China telah menguasai sarana bagaimana melewati sungai, terowongan dan jembatan besar merupakan cara manusia menguasai lalu lintas sungai.
Pada tahun 2005, delegasi teknisi China saat hadir di seminar KA cepat Amerika Serikat, tidak diperhatikan, orang hanya fokus pada Siemens dan lain lain (perusahaan besar). Tetapi pada tahun 2014 delegasi China ke Amerika Serikat dalam rangka promosi KA cepat, penerimaannya sudah sangat berbeda. Personil AS mendampingi terus, ingin tahu teknologi KA cepat China, Delegasi Rusia ingin tahu jalur Harbin – Dalien, yang suhunya sangat rendah, Delegasi dari negara tropis ingin tahu KA cepat di pulau Hainan. Delegasi dari Negara *’ARAB’* ingin tahu jalur Lan Zhou – Xin Jiang yang melewati daerah angin kencang dan padang pasir.
Sekarang mari kita lihat proyek Boston AS, karena keserakahan serikat kerja, sehingga anggarannya membengkak sampai 350%, terpaksa proyek tertunda lebih dari 20 tahun. Teknisi AS mengatakan kepada Myanmar, pembangunan jalan disana butuh banyak uang dan makan waktu 10 tahun lebih baru akan selesai. Namun akhirnya proyek terkait diwujudkan oleh China dengan biaya yang lebih ringan dan sudah siap dibangun, hanya dalam tempo setahun. California masih menunggu rencana jalur KA cepat Los Angeles ke San Fransisco yang terus menerus dikaji selana 14 tahun.
Sampai dengan 2017, di China ada 440 Kota dan 540 Stasiun yang telah memiliki Subway dan layanan kereta api super-cepat dan China terus membangun dengan target seluruh kota di China akan dilayani dan jaringan kereta cepat. Sedangkan tahun 2013 di AS hanya 15 kota dengan subway dan tidak punya layanan kereta super cepat.
Sementara itu Jepang dan Jerman total 10 kota dengan subway dan di Jerman hanya 2 kota dengan layanan kereta super cepat. Rusia dan Italia total 7 kota dengan subway, Korea Selatan, Perancis dan Brasil hanya 6 kota, Inggris hanya 3 kota, semuanya hanya subway tanpa kereta super cepat.
Selain itu di bidang energi, kedokteran, fisika, otomotif, bioteknologi, dan space, China telah jauh meninggalkan negara-negara maju. China telah menjadi simbol efisiensi yang tinggi dan keberanian dalam menciptakan inovasi baru.
*Bagaimana dengan Indonesia?*
Indonesia di Era Presiden Jokowi-JK (periode pertama) ingin mengejar ketinggalan, terutama di bidang infrastruktur, segala daya upaya dikerahkan untuk mengeksekusi beberapa infrastruktur yang mangkrak.
Infrastruktur yang mangkrak itu seperti pembangunan jalan tol trans Jawa, trans sumatera dan tol becak-kayu (Bekasi Kampung Melayu), meneruskan pembangunan MRT dan pembangunan LRT. Namun, semua percepatan pembangunan ini masih menyisakan banyak masalah dan ganjalan, apa itu? yaitu tentang Pendanaan. Rata-rata pembangunan itu memakai dana APBN dan berhutang pada bank Dunia dan lembaga keuangan asing lainnya.
Akhirnya BUMN yang awalnya hanya sebagai kontraktor saja dipaksa menjadi investor dan operator, contoh Waskita karya membentuk anak perusahaan Waskita tol, Adhi karya,Wijaya Karya dan sebagainya. padahal selama ini yang menjadi operator tol hanya Jasa marga.
BUMN ini terpaksa berhutang dan ada salah BUMN yang konon hutangnya sudah melebih asetnya, ini jelas sangat memberatkan dari sisi finansial mereka. Dan jika ditotal maka BUMN ini melebihi hutang negara.
Padahal ada cara untuk bisa meringankan Keuangan Negara yaitu dengan skema KPBU-AP atas prakarsa swasta. Contoh seperti proyek terowongan multi fungsi terpadu yang dikenal dengan nama Jakarta Integrated Tunnel (JIT), proyek yang digagas oleh swasta ini diklaim tidak memakai uang negara, dan hanya mungkin dapat dukungan pemerintah 30% dengan skema KPBU-AP (avaliability payment).
Seharusnya skema KPBU-AP ini bisa diterapkan pada proyek-proyek infrastruktur yang lain, agar anggaran negara tidak terkuras abis, dan saat ini Indonesia sudah terlanjur menyepakati dengan menandatangani MoU 23 proyek bersama China, kerjasama ini pasti nantinya lewat skema G to G dan eksekusinya pasti dengan BUMN lagi, sehingga mereka akan berhutang kepada china. Namun demikian saya tetap mengapresiasi setinggi-tingginya kepada pemerintahan Jokowi yang telah mewujudkan tol trans Jawa dan Sumatera serta membangun pelabuhan pelabuhan laut dan udara. Selama 5 tahun ini pembangunannya sangat terasa.
Satu hal lagi, Indonesia sangat ketinggalan membangun infrastrukut bawah tanah (terowongan), baru terwujud adalah MRT, padahal infrastruktur bawah tanah ini sangat menghemat anggaran dalam hal pembebasan tanah, yang rata rata masa pembangunan terhambat, karena masalah pembebasan lahan. Ini juga wujud peradaban baru kota modern di negara negara maju.
Saya berharap kedepan pemerintah Indonesia lebih cermat dan teliti tidak “trial n error” untuk membangun infrastruktur terutama dalam hal pendanaan, sehingga tidak membebani APBN, dengan begitu angka pertumbuhan ekonomi bisa bertahan di angka minimal 5%, tapi rasa rasanya dalam kondisi saat Pandemi ini berat bisa bertahan, dan kita harus maklumi bersama. Semua hutang menumpuk dan waktunya jatuh tempo, untuk merecovery nya butuh waktu 2-3 tahun kedepan. Tapi kita tetap optimis kedepan pasca Pandemi ini Indonesia bisa bangkit, dan menyongsong menjadi negara maju. Tetap semangat..!!
Editor: Dr. AdiSuparto, M.Pd