SURABAYA, beritalima.com | Memperingati Hari Kependudukan Sedunia,
Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga atau Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (Kemendukbangga/BKKBN) bersama Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Timur gelar konferensi pers di Surabaya, Minggu (13/7/2025).
Hadir dalam acara ini Sekretaris Kemendukbangga/BKKBN, Prof. Budi Setiyono S.Sos M.Pol.Admin Ph.D dan Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Timur, Dra. Maria Ernawati.
Berbagai isu strategis disampaikan Prof. Budi Setiyono, mulai dari layanan KB, penanganan stunting, budaya patriarki, bonus demografi, dan program “Gerakan Ayah Antar Anak ke Sekolah”.
Disampaikan, Kemendukbangga saat ini sedang menyiapkan platform digital terpadu yang akan mempermudah masyarakat mengakses layanan KB, informasi alat kontrasepsi hingga rujukan medis melalui ponsel.
Langkah ini diyakini mampu menjangkau masyarakat secara cepat, mencegah disinformasi, dan mengurangi kesenjangan informasi antar daerah.
Terbanyak, Prof. Budi memaparkan hal terkait Program Gerakan Ayah Mengantar ke Sekolah. Dikemukakan Mendukbangga/Kepala BKKBN Dr. Wihaji S.Ag M.Pd telah menerbitkan Surat Edaran Nomor 7 Tahun 2025 tentang Gerakan Ayah Mengantar Anak di Hari Pertama Sekolah.
SE ini ditujukan kepada seluruh kepala daerah dan instansi untuk mendorong partisipasi aktif ayah dalam mendampingi/mengantar anak ke sekolah di Tahun Ajaran Baru pada Senin (14/7/2025) ini.
“Kami berharap dengan surat edaran dari Pak Menteri, para ayah terlibat langsung di hari pertama anak-anaknya bersekolah,” ujar Prof. Budi.
“Anak perlu merasa bahwa di belakang mereka ada seseorang yang melindungi, membimbing, dan mengayomi mereka dalam menempuh kesulitan, termasuk dalam menuntut ilmu,” tambahnya.
Menurutnya, gerakan ini juga bertujuan untuk mendorong pembagian peran yang seimbang dalam keluarga, agar ayah tidak hanya berperan dalam hal ekonomi, tetapi juga hadir dalam aspek pengasuhan.
“Keterlibatan ayah secara langsung akan memperkuat ikatan emosional dalam keluarga,” tandasnya.
Berdasarkan data yang ada sebelum ini sebanyak 20,9 persen anak di Indonesia telah kehilangan kehadiran ayah, baik akibat perceraian, kematian, atau pekerjaan ayah yang jauh dari keluarga.
Sedikitnya 33 persen remaja Indonesia mengalami masalah kesehatan mental, namun hanya 4,3 persen orang tua mendeteksi bahwa anak mereka membutuhkan bantuan.
Tercatat, 37,17 persen anak usia 0-5 tahun diasuh oleh kedua orang tua kandung secara bersamaan. Dan 20,9 persen keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak secara langsung di Indonesia.
Data internasional tersebut dari Unicef (2021), I-NAMHS, (2022), BPS (2021), dan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI 2017), menunjukkan fenomena fatherless (ketidakhadiran ayah) tengah terjadi di Indonesia.
Karena itu, Kemendukbangga/BKKBN meluncurkan program Gerakan Ayah Teladan Indonesia (GATI) yang dilakukan langsung oleh Menteri Wihaji beberapa waktu lalu.
GATI bertujuan mendorong keterlibatan aktif ayah dan calon ayah dalam pengasuhan anak serta pendampingan remaja.
“Pak Menteri mengatakan, dampak pengasuhan yang yang dilakukan oleh ayah terhadap anak akan terkait dengan leadership, prestasi akademik, emosional, sosial hingga kognitif anak,” ucap Prof. Budi.
Dalam surat edaran tersebut, Menteri Wihaji juga menggarisbawahi gerakan ini juga menjadi simbol perubahan budaya pengasuhan di Indonesia. Dari yang semula terpusat pada peran ibu, menjadi lebih kolaboratif dan setara. (Gan)
Teks Foto: Sekretaris Kemendukbangga/BKKBN, Prof. Budi Setiyono dan Kepala Perwakilan BKKBN Jatim Dra. Maria Ernawati.

