Kenaikan Biaya Konstruksi Tak Mematikan Pasar Apartemen Australia

  • Whatsapp

SURABAYA, beritalima.com | Konsumen harus bersiap menghadapi kenaikan harga apartemen secara progresif selama beberapa tahun ke depan, sementara keterbatasan pasokan bahan baku dan kekurangan tenaga kerja tetap terjadi.

Komisaris dan CEO Crown Group, Iwan Sunito, menyampaikan itu menanggapi kenaikan suku bunga Bank Sentral Australia baru-baru ini. “Kami melihat peningkatan persentase dua digit dalam biaya pembangunan apartemen baru setiap tahun di masa mendatang,” lanjut dia, Senin (24/5/2022).

“Investor kembali ke pasar karena harga sewa meningkat yang memungkinkan mereka mengimbangi kenaikan suku bunga melalui kenaikan harga sewa. Ketersediaan unit apartemen ‘off the plan’ dan apartemen yang sudah selesai dibangun semakin berkurang dari hari ke hari yang merupakan tanda bahwa owners-occupiers dan investor sangat aktif di pasar saat ini,” kata Iwan Sunito.

Sangat masuk akal bagi konsumen apabila mereka terlihat bergegas membeli properti sekarang untuk menghindari kenaikan harga dua digit karena meningkatnya biaya konstruksi dan material ditambah keterbatasan tenaga kerja. Terutama bagi investor properti luar negeri dari Tiongkok dan Indonesia yang ingin mendapatkan stok unit apartemen yang sudah selesai sebagai investasi properti melalui penawaran harga yang ‘terjangkau’.

“Itulah sebabnya saya percaya bahwa saat ini adalah waktu terbaik untuk melakukan pembelian properti pascapandemi. Karena pasar properti Sydney tidak pernah berhenti bergerak maju,” kata Iwan Sunito.

Menurutnya, masyarakat Indonesia adalah komunitas investor terbesar kedua bagi Crown Group yang telah merasakan betapa menguntungkannya berinvestasi properti Australia, terutama di Sydney. Mereka yang sedang mempertimbangkan untuk mengakuisisi unit apartemen harus bertindak sekarang dengan membeli dari pengembang tepercaya dengan rekam jejak yang jelas dalam menghasilkan apartemen berkualitas secara tepat waktu dan sesuai anggaran.

Dengan bertindak sekarang, mereka mengunci harga hari ini yang memungkinkan waktu bagi mereka untuk terus menabung untuk pembelian berikutnya di masa mendatang.

Berdasarkan Biro Statistik Australia, pada akhir Juni 2019, 88.740 orang kelahiran Indonesia tinggal di Australia, 29,4% lebih banyak dari jumlah (68.570) pada 30 Juni 2009. Ini adalah salah satu komunitas migran terbesar di Australia, setara dengan 1,2% komunitas migran Australia dan 0,3% dari total populasi Australia.

Pembeli potensial telah memperkirakan kenaikan tarif untuk beberapa waktu dan telah mengantisipasinya dengan memiliki tabungan tambahan, dikarenakan pandemi dan pengetatan ikat pinggang. Diperkirakan bahwa rumah tangga Australia berhasil menghemat sekitar Rp1.400 triliun selama pandemic Covid-19.

Pasokan hunian yang terbatas dan peningkatan jumlah pembeli berarti banyak konsumen yang tidak sanggup memiliki rumah tapak dan unit apartemen adalah pilihan yang lebih terjangkau. Iwan Sunito meyakini skenario ini hanya akan semakin parah dalam dua tahun ke depan dimana akan lebih banyak unit apartemen yang akan terjual dibandingkan rumah tapak. (Gan)

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait