Kenali Sesak Napas Pada Pasien Covid-19

  • Whatsapp

SURABAYA, Beritalima.com |
Sesak napas menjadi salah satu gejala pada pasien Covid-19. Alfian Nur Rosyid, dr., Sp. P(K), FAPSR, FCCP selaku dokter spesialis paru Rumah Sakit Universitas Airlangga (RSUA) menyebutkan bahwa sesak napas dapat menyerang pasien Covid-19, bahkan ketika ia belum pernah mengalami sesak sebelumnya. Sesak Napas Pasien Covid-19

“Sering pada pasien covid, terjadi pneumonia (peradangan paru-paru, Red) yang menyebabkan terjadinya sesak,” tutur dr. Alfian.

Menurutnya, Covid-19 dapat memperburuk kondisi pasien yang sebelumnya pernah mengalami sesak napas. Hal itu terutama dapat terjadi pada pasien yang telah memiliki keluhan sesak kronis.

Dijelaskan sebelumnya oleh dr. Alfian, bahwa sesak kronis yakni kondisi sesak napas yang terjadi dalam rentan waktu lama. Pada pasien yang memiliki sesak kronis, apabila terinfeksi virus SARS-CoV-2 maka pasien tersebut akan mengalami sesak akut yang dapat memperberat kondisi sesaknya.

Selain itu, dr. Alfian juga memaparkan bahwa pasien dengan sesak kronis dan penyakit penyerta atau komorbid yang tidak terkontrol dapat memperburuk kondisi sesaknya.

“Pada pasien dengan sakit kronis yang tidak terkontrol, misalnya sakit jantung, asma, Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK), Tuberkulosis (TB), dan lainnya, maka bisa jadi kondisinya lebih berat dibandingkan pasien tanpa komorbid,” imbuh dr. Alfian.

Terkait proses sesak napas yang terjadi pada pasien Covid-19, dr. Alfian menyebut bahwa hal itu karena ada gangguan pertukaran oksigen. Virus Covid-19 yang masuk ke dalam paru-paru pasien, akan menyebabkan proses peradangan dan kemudian menyebabkan sel-sel laten menutupi area pertukaran oksigen.

“Penutupan area pertukaran oksigen selanjutnya akan menghambat proses penukaran oksigen dengan karbondioksida. Akibatnya, kadar oksigen di darah akan turun dan menyebabkan “instruksi” kepada pusat pernapasan untuk bernapas lebih cepat. Jadi sesaknya pada pasien Covid-19 itu karena ada gangguan pertukaran oksigen,” jelas dr. Alfian.

Sesak napas yang dialami pasien Covid-19 berhubungan dengan kondisi hipoksia atau kekurangan oksigen yang dapat terjadi pada seluruh organ tubuh pasien. Apabila kekurangan oksigen terjadi pada sel otak, maka dapat terjadi penurunan kesadaran dan dapat berakibat fatal, termasuk kematian seseorang.

“Kondisi sesak tersebut juga akan menyebabkan tubuh merespon dengan meningkatkan frekuensi napas agar lebih banyak oksigen yang dapat dihirup seseorang untuk memenuhi kecukupan oksigen tubuh, terutama otak,” terang dr. Alfian.

Pasien Covid-19, tutur dr. Alfian, dapat bermanifestasi menjadi pneumonia atau peradangan paru-paru yang disebabkan oleh infeksi. Salah satu gejala pneumonia adalah sesak napas.

“Kebanyakan pasien Covid-19 dalam kondisi ringan, bahkan tidak bergejala karena tidak adanya pneumonia. Namun pada kondisi Covid-19 derajat sedang, berat, dan kritis, maka seorang pasien akan mengalami sesak napas,” ujar dr. Alfian.

Mencegah Sesak Napas Pasien Covid-19. Upaya awal agar tidak terjadi sesak adalah mencegah infeksi Covid-19 adalah dengan patuh melakukan protokol kesehatan.

“Apabila tidak menerapkan protokol kesehatan, virus bisa menembus tubuh pasien melalui saluran napas,” ungkap dr. Alfian.

Menurutnya, penerapan protokol kesehatan dimaksudkan sebagai pencegahan awal agar virus tidak masuk ke dalam tubuh seseorang.

“Protokol kesehatan yang dapat dilakukan adalah menggunakan masker, menjaga jarak, rajin mencuci tangan, menghindari berkerumun, meminimalkan mobilisasi, serta menghindari makan bersama,” sambungnya.

Langkah selanjutnya untuk mencegah terinfeksi virus beta corona ini adalah melakukan vaksinasi.

“Diusahakan sedapat mungkin melakukan vaksin agar tubuh dapat untuk meningkatkan imunitas terhadap virus SARS-CoV-2. Diharapkan dalam tubuh seseorang itu akan timbul kekebalan, sehingga tidak terjadi kondisi yang berat ketika tertular virus tersebut,” lanjut dokter yang juga dosen di Fakultas Kedokteran (FK) UNAIR tersebut.

Terakhir, dr. Alfian berpesan bahwa apabila sudah terlanjur terinfeksi Covid-19 maka perlu pengetahuan dan pemantauan tanda awal pneumonia berupa adanya batuk dan sesak. Selanjutnya adalah melakukan langkah pencegahan agar tidak terjadi perburukan kondisi dengan melakukan pemeriksaan dan pengobatan Covid-19 di rumah sakit.

Foto: Alfian Nur Rosyid, dr., Sp. P(K), FAPSR, FCCP, dokter spesialis paru Rumah Sakit Universitas Airlangga (RSUA)

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com beritalima.com beritalima.com

Pos terkait