KUPANG, beritalima.com – Daging ayam dan telur adalah merupakan salah satu penyumbang inflasi setiap akhir tahun di Nusa Tenggara Timur. Hal ini disebabkan karena masih mengandalkan impor ayam dan telur dari luar NTT.
Untuk mengendalikan inflasi tersebut, Gubernur Nusa Tenggara Timur, Viktor Bungtilu Laiskodat mendorong pengusaha membangun industri pakan ternak di Nusa Tenggara Timur.
“ Inflasi akhir tahun di NTT agak naik dibandingkan nasional, salah satunya adalah ayam dan telur. Ayam ini sangat tergantung sekali pakannya. Pakan ternak ini menjadi kendala. Karena itu, kita harus segera mendorong agar pakan ternak ini menjadi kemandirian pakan ternak di NTT,” kata Gubernur Viktor Laiskodat saat tampil sabagai pembicara pada acara Refleksi Ekonomi 2018 dan Proyeksi 2019 Menuju NTT Bangkit dan Sejahtera, yang diselenggarakan Harian Timor Express, di gedung Graha Pena Kupang, Rabu (16/1).
Dikatakan Viktor, peran pengusaha ini dibutuhkan untuk membantu pemerintah. “ Harusnya pengusaha masuk ke sana untuk membantu pemerintah. Tapi pengusaha kita tidak ada. Kalau memang itu, ternyata kredit pemerintah akan membantu kredit,” kata Viktor menambahkan.
Selanjutnya Viktor mengatakan, NTT juga salah satu provinsi yang konsumsi daging babi tertinggi di Indonesia. Tapi ternak babi tidak cukup untuk kebutuhan daging babi di NTT. “ Kita mendorong ini secara serius ke depan,” kata mantan anggota Fraksi NasDem DPR RI ini menambahkan.
Gubernur Viktor juga berharap lembaga perguruan tinggi melakukan penelitian terhadap pakan – pakan ternak khususnya ayam dan babi.
Kegiatan yang berlangsung mulai pukul 09.00 hingga pukul 13.30 Wita tersebut menghadirkan empat pembicara, yakni Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat, Rektor Universitas Nusa Cendana, Fredrik L. Benu, Ketua DPD Kamar Dagang dan Industri (Kadin) NTT, Abraham Paul Liyanto, dan Kepala Perwakilan BI NTT, Naek Tigor Sinaga, yang dipandu Pemimpin Redaksi Timor Express, Kristo Embu. Dan dihadiri puluhan peserta yaitu dari Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI), Kamar Dagang dan Industri NTT, BPS NTT, dan Perguruan Tinggi NTT. (L. Ng. Mbuhang)