KUPANG, beritalima.com – Kepala BNN Provinsi NTT, Brigjen Pol Teguh Imam Wahyudi mengatakan, di wilayah Nusa Tenggara Timur ada enam kabupaten yang berbatasan dengan Negara Timor Leste dan Australia, yaitu kabupaten Kupang, Timor Tengah Utara, Alor, Malaka, Belu berbatasan dengan Timor Leste, dan kabupaten Rote Ndao berbatasan dengan Australia.
“ Yang sangat rawan sekali adalah kabupaten Belu yang berbatasan langsung dengan Timor Leste itu, perlu menjadi perhatian khusus. Lebih memperketat lagi keluar masuknya orang dari Timor Leste ke Indonesia. Karena di sana beberapa waktu lalu, saya juga sempat berdiskusi dengan kepolisian Timor Leste ternyata bukan hanya Narkoba yang diselundupkan, bahkan termasuk BBM pun menjadi jalur khususnya di kabupaten Belu,” kata Wahyudi saat menjadi Narasumber dalam acara Dialog P4GN dan Peringatan Hari Anti Narkotika Internasional (HANI) Tahun 2019 di Grand Mutiara Kupang, Rabu (27/6).
Beberapa waktu yang lalu, kata Wahyudi, di perbatasan Mota’an polisi berhasil mengungkap sejumlah 4.800 butir pil ekstasi yang tujuannya akan dibawa ke Surbaya dan Jakarta. “ Itu sudah melibatkan jaringan internasional, bahkan pengendalinya yang ada di Timor Leste orang Filipina,” kata dia menambahkan.
Karena itu, pihaknya menghimbau masyarakat menolak terhadap ajakan untuk menggunakan atau menyalahgunaan narkoba.
Selanjutnya ia mengatakan, BNN menumbuhkembangkan kepedulian dan kemandirian dari masyarakat itu sendiri, yaitu dengan cara BNN NTT membentuk suatu Satgas atau relawan Anti Narkoba di setiap komunitas termasuk di sekolah, kantor pemerintah dan komunitas masyarakat lainnya.
Terkait dengan kebijakan, kata Wahyudi, BNN NTT mengembangkan pelayanan rehabilitas, baik yang difasilitasi oleh pemerintah maupun komponen masyarakat itu sendiri.
“ Jadi disini kami mempunyai kewajiban untuk memberikan penguatan terhdap panti – panti rehabilitasi yang ada di wilayah Provinsi NTT. Tetapi khususnya rawat nginap belum ada Panti Rehabilitasi Narkoba. Kalau ada korban penyalahgunaan Narkoba yang berasal dari wilayah NTT kita harus merujuk ke di Sulawesi Selatan,” ujar Wahyudi.
Menurutnya, BNN mempunyai 6 Panti Rehabibilitasi Narkoba, yakni Sulawesi Selatan, Sumatera Utara, Kepulauan Riu, Lampung, Kalimantan Timur, dan terbesar dan super lengkap di Bogor.
Sedangkan terkait dengan pengurangan pasokan, kata Wahyudi, langkah – langkah yang dilakukan oleh BNN, yaitu mengungkap jaringan sindikat Narkoba sampai ke akar – akarnya.
“ Jadi membuat para bandar atau pengedar kita miskinkan, supaya mereka jerah terhadap peredaran Narkoba ini,” ungkapnya.
Ia mengatakan, BNN juga melakukan kerjasama, baik dalam negeri maupun luar negeri. “ Kami sudah menjalin kerjasama, yaitu pihak Kepolisian, TNI, Bea Cukai, Lapas, BPOM, Kejaksaan, dan Pengadilan dalam menangani permasalahan Narkoba ini, termasuk luar negeri.
“ Tidak mungkin kalau masalah Narkoba ini hanya ditangani oleh BNN dan Kepolisian saja, karena selama ini Narkoba yang masuk dari luar negeri yang bisa ditangani oleh penegak hukum hanya 20%, yang 80 % itu masih banyak beredar di lingkungan masyarakat, karena memang keterbatasan dari kami, baik dari anggaran, personil, saspra dan sebagainya,” ungkap dia.
Kegiatan ini dihadiri peserta sebanyak 450 orang, dari berbagai mahasiswa universitas di Kota Kupang, pemuda, dan tokoh agama. Talk Show yang dipandu Ina Djara bersama rekannya itu menmpilkan lima narasumber, yakni Asisten I Setda NTT, Kepala BNN NTT, Polda NTT, Kejati NTT dan Pengadilan Tinggi NTT. (L. Ng. Mbuhang)