MAMUJU – Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sekaligus Ketua Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 Letjen TNI Dr. (H.C.) Doni Monardo memuji hasil jerih payah Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat yang dinilai mampu menekan angka kasus COVID-19, yang pada saat bersamaan juga menangani bencana gempabumi magnitudo 6,2 yang terjadi pada 15 Januari 2021.
“Ini luar biasa. Dalam kondisi bencana, Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat bersama segenap kompinen dibantu TNI dan Polri itu mampu menekan kasus sampai pada posisi sekarang bed occupancy rate nya terendah di seluruh Indonesia. Ini menggembirakan,” jelas Doni saat memberikan arahan pada kunjungan kerja di Mamuju, Sulawesi Barat, Rabu (31/1).
Menurut laporan yang diterima Doni, angka penularan COVID-19 di wilayah Sulbar, khususnya di Mamuju terjadi peningkatan pada bulan Januari lalu. Akan tetapi hingga bulan Maret ini angka kasusnya dapat ditekan.
Data hingga 30 Maret 2021, kasus aktif di Sulbar ada sebanyak 2,45 persen dan kesembuhan telah mencapai 95 persen. Angka kesembuhan tersebut berada di atas rata-rata nasional dan global.
Adapun penambahan kasus pada sepekan terakhir dilaporkan turun hingga 69,2 persen dibanding pekan sebelumnya.
Kendati pengendalian kasus sudah baik, Doni tetap berpesan kepada seluruh komponen Pemerintah Provinsi Sulbar agar tidak cepat puas hingga akhirnya lengah, sebab kondisi dapat berubah apabila kemudian penanganannya menjadi kendor.
Oleh sebab itu, dia meminta agar apa yang telah dilakukan Pemprov Sulbar dapat tetap dijalankan secara konsisten sehingga usaha yang telah dilakukan selama ini tidak menjadi sia-sia di kemudian hari.
“Sekali lagi tidak boleh lengah. Apa yang dicapai hari ini belum tentu akan bertahan selamanya,” tegas Doni.
Patut Ditiru
Dengan melihat capaian tersebut, Doni lantas meminta agar seluruh wilayah di Indonesia dapat mencontoh apa yang telah dilakukan Sulbar dalam rangka menanggulangi bencana alam hingga penanganan COVID-19 secara bersamaan dengan hasil yang baik.
Sekiranya hal itu juga tak lepas dari dukungan wilayah lain di sekitar Sulbar termasuk dukungan penuh dari masyarakatnya yang mau mengikuti arahan dari kebijakan pemerintah.
“Semua daerah perlu memetik pelajaran dari apa yang terjadi di Sulawesi Barat ini,” kata Doni.
“Ada peristiwa bencana tetapi semua bergerak, seluruhnya ikut saling bahu-membahu, termasuk kabupaten/kota dan provinsi di sekitar semuanya ikut terlibat,” imbuhnya.
Menurut pengakuannya, Doni awalnya sempat mengkhawatirkan akan terjadi ledakan kasus COVID-19 di tengah situasi bencana gempabumi pada pertengahan Januari lalu.
Data yang dia peroleh pada saat itu ada 90 ribu lebih pengungsi dari peristiwa gempabumi yang menewaskan sebanyak 214 jiwa tersebut.
Tentunya Doni berfikir akan sangat sulit untuk mengatur jarak antara para warga yang berada di dalam pengungsian apabila jumlahnya ada sebanyak itu.
Namun kekhawatiran tersebut tidak terjadi karena masyarakatnya mau patuh terhadap imbauan pemerintah untuk tetap menjalankan protokol kesehatan kendati dalam situasi dan kondisi yang sulit.
“Tetapi kepedulian masyarakat mengikuti himbauan dari Satuan Tugas Penanganan COVID-19 dari petugas medis dan tokoh yang ada di daerah akhirnya protokol kesehatan dengan segala keterbatasannya dilakukan dengan baik,” kata Doni.
Sekali lagi, Doni tak henti memberikan imbauan kepada seluruh jajaran pemangku kebijakan Sulbar agar tidak lantas bersuka hati, namun harus tetap menegakkan segala upaya yang dianggap perlu dalam rangka penanganan COVID-19 secara berkesinambungan.
Sebab lalai sedetik saja maka hal itu akan dapat mengubah kondisi yang telah dicapai hingga hari ini.
“Kondisi COVID-19 di Sulbar ini jangan sampai membuat euforia. Kita tidak boleh lalai satu hari. Jangankan satu hari, satu jam satu menit pun tidak boleh,” tutup Doni.