Kepedulian Komunitas Padang Kota Bengkuang

  • Whatsapp

Kota Padang terkenal dengan Kota Bengkuang. Tidak hanya daerah penghasil bengkuang, Kota Padang juga menjadi pusat penjualan bengkuang di Sumatera Barat, bahkan hampir setiap jalan protokol maupun persimpangan disesaki para pedagang bengkuang. Namun, saat ini identitas sebagai Kota Bengkuang hanya tinggal kenangan. Bengkuang tidak lagi menjadi komoditi unggulan bagi warga Kota Padang. Tak heran, jumlah petani bengkuang selalu merosot setiap tahun dan para penjual bengkuang sudah sulit ditemui.

Beranjak dari kondisi tersebut, sekelompok masyarakat di Padang Sumatera Barat, tergerak untuk mendirikan “Komunitas Padang Kota Bengkuang” dibawah Koordinator Bapak Azmal AZ. Meski baru berdiri sebulan, komunitas ini sudah banyak melakukan berbagai gebrakan di wilayah Sumatera Barat.

Koordinator Komunitas Padang Kota Bengkung Bapak Azmal menyampaikan bahwa bengkuang diketahui memiliki banyak keunggulan. Selain dapat mengobati 34 penyakit, produk dari bengkuang ini dapat menghasilkan 30 jenis makanan, seperti yang telah dikembangkan oleh Komunitas Padang Kota Bengkuang bersama UMKM binaannya.

Dalam rangka memperingati HUT Kota Padang ke-349 dan HUT Kemerdekaan RI ke-73, Komunitas Padang Kota Bengkuang pada hari Jumat 10 Agustus 2018 lalu membagikan sedikitnya 9 ribu porsi rujak berbahan dasar buah bengkuang kepada masyarakat umum secara gratis di tiga titik Kota Padang, yakni Masjid Raya Sumbar, Masjid Al Azhar Air Tawar dan Masjid Baiturrahman Tabing.

Azmal juga mengatakan bahwa saat ini julukan Padang sebagai Kota Bengkuang bukan lagi sebagai icon, namun melainkan hanya sekadar selogan. Sebab, para petani dan produktivitas bengkuang sudah mulai berangsur hilang. “Lenyapnya gaung icon Padang Kota Bingkuang, diperkirakan sejalan dengan atau lebih dahulu dari tidak adanya lagi atau raibnya keberadaan patung Bengkuang di kawasan Basko Mall Air Tawar,” ungkapnya.

Ditambahkan oleh Azmal bahwa Komunitas Padang Kota Bingkuang dengan memanfaatkan facebook telah menjaring beragam masukan berupa komentar masyarakat atau netizen tentang icon Kota Padang Kota Bingkuang. “Generasi belakangan sudah tidak mengenal lagi icon dimaksud. Justru yang muncul adalah icon lainnya tanpa membawa embel-embel sedikitpun Kota Bengkuang-nya.

“Gerakan yang bertemakan rujak bengkuang rajut silaturahmi warga Padang itu, sebagai bentuk upaya mengembalikan icon Padang sebagai kota bengkuang,” ujarnya.

Lebih lanjut Akmal menyampaikan bahwa kenapa tempatnya harus di Masjid dan melibatkan jemaah ? Alumni Fakuktas Pertanian Unand Padang itu menuturkan bahwa Jum’at itu adalah hari penuh berkah dan Masjid sekaligus menjadi tempat silaturahmi representatif antar sesama umat Islam dalam jumlah (jemaah) besar. “Sehingga, adalah tepat jika dalam silaturrahmi ini disertakan pula jamuan berupa makan rujak,” katanya.

“Kita tidak susah lagi harus mendatangi warga satu per satu untuk makan bareng. Apalagi, kita memang mensetting makan barengnya dengan jumlah warga yang sangat banyak. Masjid salah satu tempatnya. Yang penting acara/kegiatan yang kita lakukan positif,” jelasnya.

Dengan acara seperti ini, diharapkan banyak lahir ide-ide pemikiran, gagasan dan kegiatan tindaklanjut dari makan rujak bareng tersebut. “Intinya, icon Padang Kota Bingkuang hendaknya bisa populer kembali,” harapnya.

Di sisi lain Akmal mengharapkan dengan aksi ini bisa menggerakkan Pemda untuk menggodok Peraturan Daerah (Perda) tentang penetapan peringatan ‘Hari Bengkuang’. “Kami menginginkan adanya keluarnya Perda yang berisikan adanya memperingati Hari Bengkuang. Dan di dalam Perda itu nanti dibunyikan adanya keberpihakan kepada petani bengkuang,” tuturnya.

Dengan adanya ‘Hari Bengkuang’ diharapkan bisa meningkatkan keberpihakan Pemda kepada petani, termasuk dengan menyalurkan bantuan bibit bengkuang, pupuk, serta pemasaran bengkuang. Minimnya produktivitas bengkuang saat ini disebabkan banyaknya petani yang beralih ke jenis tanaman lain.

Ia beralasan perlu adanya Perda terkait bengkuang, hal ini mengingat minimnya produktivitas bengkuang yang ada di Kota Padang. Karena tidak dapat dipungkiri bahwa banyak petani yang beralih ke tanaman lain. Diakuinya, saat ini koordinasi pihaknya dengan Pemerintah Kota Padang terkait munculnya Perda tentang Hari Bengkuang tersebut telah sampai dalam pengiriman transtaf. “Kemudian, surat itu juga telah ditindaklanjuti ke Dinas Pangan,” katanya

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com beritalima.com beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *