Oleh: H. Asmu’i Syarkowi
(Hakim Pengadilan Agama Semarang Kelas I A)
Subhanallah….! Sambil terus mengucap amin, saya terus memperhatikan kalimat demi kalimat doa yang dilantunkan oleh petugas doa dari salah satu Pengadilan Tinggi Agama saat acara pembinaan terpadu Mahkamah Agung di Surabaya. Menurut saya terdapat bagian yang sangat menarik dalam kalimat-kalimat sakral itu. Sebagaimana biasa doa memang diawali dengan lafal-lafal bahasa Arab yang biasa diucapkan para ustadz ketika mengawali doa. Selanjutnya doa dilanjutkan dengan untaian kalimat dalam bahasa Indonesia. Di sela-sela kalimat berisi permohonan itu terdapat 3 frasa yang menurut saya menarik untuk diulas. Tiga frasa itu ialah: “kerja keras”, “kerja cerdas”, dan “kerja ikhlas”. Mengapa penulis mengulas tiga frasa itu, karena pendoa sendiri tentu tidak sempat memberikan uraian mengenai maksud frasa yang mengandung rima itu. Sikap pendoa yang tidak menjelasakan maksud kata-kata itu tentu sudah tepat. Sebagai salah satu pengisi acara dalam acara formal (karena dihadiri para petinggi Mahkamah Agung RI) dan dengan durasi waktu yang terbatas tentu dia tidak mungkin akan mengulas 3 frasa itu saat berdoa. Tetapi 3 frasa itu mungkin mengesan bagi sebagian peserta acara. Setidaknya penulis dan teman-teman duduk kanan kiri ketika mendengar 3 frasa itu lalu baku lirik. Menandakan bahwa tiga frasa berima itu, secara sepontan memang menarik perhatian.
Dalam KBBI kata keras pada pokoknya berarti padat kuat dan tidak mudah berubah bentuknya atau tidak mudah pecah. Kata keras juga berarti gigih; sungguh-sungguh hati. Selanjutnya kata keras juga bisa berart lain sesuai konteksnya. Sudah barang tentu kata keras konteksnya dengan sebuah usaha atau pekerjaan dapat diartikan gigih. Lalu bagaimana jika kata “keras” dibuat frasa dengan menyandingkannya bersama kata “kerja” mejadi “kerja keras”. Yuni Herlina (Pikiran Rakyat.com,15/11/2021) menulis, bahwa kerja keras adalah kegiatan kerja yang dilakukan seseorang dengan sungguh-sungguh tanpa mengenal kata lelah dan menyerah hingga mencapai target yang sudah ditentukan. Seseorang yang bekerja keras seringkali disebut workaholic. Mereka akan terus berusaha dan bekerja keras dengan baik dan maksimal.
Lalu, kata cerdas berarti sempurna perkembangan akal budinya (untuk berpikir, mengerti, dan sebagaimnya); tajam pikiran. Sedangkan, kata ikhlas diberi arti bersih hati; tulus hati. Secara istilah secara garis besar kerja cerdas adalah sikap dalam bekerja yang pandai memperhitungkan risiko maupun melihat peluang dan dapat mencari solusi sehingga dapat mencapai keuntungan yang diharapkan.
Diskursus berikutnya banyak orang mewacanakan “kerja keras” dan “kerja cerdas” yang memang berbeda. Kerja keras sering hanya memperlihatkan ciri-ciri lahir seperti waktu yang lama dan energi yang banyak. Hal demikian diperlukan agar pekerja bisa mencuarahkan usaha yang maksimal demi meraih kualitas kerja terbaik. Dengan model kerja ini, seorang pekerja keras harus fokus selama bekerja. Cara demikian jelas mendorong pekerja mengeluarkan energi naksimal untuk bekerja. Selain itu seorang pekerja keras harus memiliki motovasi yang tinggi agar pekerjaan yang dilakukan tidak membuatnya merasa lelah demi mencapai hasil. Sebaliknya kerja cerdas adalah agar pekerja bisa meraih hasil yang maksimal dengan tingkat usaha yang lebih kecil. Dengan demikian beda kerja keras dan kerja cerdas ialah bahwa pada kerja keras lebih melihat ke proses mencapai hasil sedangkan pada kerja cerdas lebih berorientasi hasil. Seseorang mungkin sudah bekerja keras tetapi belum tentu mencapai hasil maksimal. Tetapi seorang yang bekerja cerdas selalu memikirkan hasil akhir. Bahkan kalau hasil akhir ini menurut perkiraan tidak dapat dicapai secara maksimal, lebih baik proses untuk mencapainya tidak perlu dilakukan. Orang yang bekerja cerdas selalu memperhitungkan apakah hasil yang diperoleh lebih baik dari proses yang dilakukan untuk mencapainya. Paling tidak hasilnya seimbang dengan usaha yang dilakukan. Untuk apa harus mengalami kelelahan, kalau menurut perkiraan hasil yang akan diperoleh tidak seimbang dengan proses yang ditempuh.
Kerja keras dan kerja cerdas, kedua-duanya tetaplah sama-sama memiliki kelemahan. Seorang yang telah merasa melakukan kerja keras tentu menginginkan agar usaha tenaga, biaya, dan pikiran yang dicurahkan dapat mencapai hasil maksimal. Demikian pula orang yang melakukaan kerja cerdas. Dengan kerja cerdas seseorang sering berharap bahwa strategi jitu yang dilakukan dapat menghasilkan capaian gemilang. Akan tetapi, ternyata antara usaha atau strategi dan hasil yang diperoleh tidak selalu linear. Sering hasil usaha keras atau usaha cerdas tidak membuahkan hasil yang memuaskan atau bahkan berbuah kegagalan. Dan, dalam kegagalaan sering telah mengorbankan tenaga dan pikiran yang seolah terbuang percuma. Pada saat demikian sering seseorang mengalami frustasi dan pada skala tertentu bisa membuahkan sikap depresi. Dengan demikian kerja keras dan kerja cerdas harus diberangi dengan ketulusan. Ketulusan inilah yang pada akhirnya menuntut seseorang dengan apa yang dikenal dengan istilah “kerja ikhlas”. Kerja ikhlas memberikan motivasi bahwa apa yang diusahakan dan apa yang dipikirkan hanya sebuah usaha yang memang menjadi keniscayaan setiap orang yang akan meraih target tertentu. Dalam bahasa agama, baik kerja keras maupun kerja cerdas pada hakikatnya hanya sebuah “ikhtiyar” yang mesti dilakukan manusia yang dapat bernilai ibadah. Oleh karena bernilai ibadah, seseorang mesti dengan ikhlas melakukannya. Dengan demikian kerja ikhlas pada hakikatnya merupakan ruh sekaligus benteng terakhir dari kerja keras dan kerja cerdas karena memberi sentuhan spiritual bagi dua jenis kerja sebelumnya. Dengan kerja ikhlas, seseorang yang bekerja tidak hanya akan semangat untuk melakukan pekerjaan, juga siap menerima apa pun hasil yang akan diterima. Selamat bekerja! Al insan bitafkir, wallahu bittaqdir..