Kerjasama UNDP, Bank NTT dan KLHK Bangun PLTMH di Manggarai Timur

  • Whatsapp

BORONG, beritalima.com – Kerjasama antara United Nations Development Programme (UNDP) Indonesia, Bank NTT dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) berhasil membangun jaringan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) di Desa Wae Laban, Kecamatan Elar, Kabupaten Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Demikian Press Realease yang disampaikan, Alice Budisatrijo, Communication Specialist dan Maria Karienova, Campaign Assistant yang diterima wartawan media ini di Kupang, Kamis (27/4/2017).

Melalui proyek adaptasi perubahan iklim SPARC, UNDP memfasilitasi penyaluran program Corporate Social Responsibility (CSR) Bank NTT demi memperluas penyediaan akses listrik. Pembangunan PLTMH ini telah dimulai secara swadaya oleh masyarakat dan menjangkau sekitar 60 kepala keluarga (KK).

Dengan pembangunan jaringan lewat kemitraan ini, jangkauan listrik ditingkatkan hingga 316 KK, juga gereja, musholla, sekolah, puskesmas, kantor kelurahan dan kecamatan.

Kondisi NTT yang tidak memiliki sumber potensi energy fosil juga menjadi salah satu pacuan penggunaan energi yang terbarukan. Selain memanfaatkan energi yang sudahada, penggunaan PLTMH juga lebih murah jikadibandingkan dengan generator listrik atau lampu pelita yang membutuhkan minyak.

Pembangunan ini juga diharapkan menjadi solusi rasio eletrifikasi NTT yang baru mencapai 58%, jauh dibawah rata-rata nasional pada tahun 2015 yang sudah mencapai 81%. Pengadaan listrik diharapkan dapat memenuhi peningkatan kebutuhan yang penting untuk produktivitas ekonomi, jam belajar untuk anak – anak dan konektivitas masyarakat.

“PLTMH memberikan peluang masyarakat untuk melakukan saving dari kebutuhan rumah tangga dibanding penggunaan generator. Hasil saving tersebut dapat dimanfaatkan untuk diversifikasi mata pencaharian rumah tangga dan pemenihan kebutuhan lainnya seperti pendidikan anak” ujar Programme Manajer Perubahan Iklim UNDP Indonesia, di Manggarai Timur saat acara peresmian PLTMH di Elar, Rabu (26/4/2017).

Ia menambahkan, dengan membaiknya ekonomi rumah tangga dan berkembanganya pengetahuan, tentu akan menguatkan ketahanan iklim masyarakat.

Tantangan untuk NTT tidak hanya sampai disitu. Berdasarkan peta kerentanan dan resiko iklim SPARC, provinsi NTT dalam 40 tahun kedepan sangat rentan terhadap kondisi cuaca ekstrim seperti kekeringan yang berkepanjangan. Dengan begitu, pembangunan yang memadai diharapkan dapat meningkatkan kesiapan masyarakat dalam menghadapi dampak perubahan iklim. (L. Ng. Mbuhang)

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *