Kebutuhan primer pasti menjadi yang utama bagi rumah tangga. Untuk membeli semua itu hanya pasar yang menyediakannya. Pasar tradisional menjadi tempat yang favorit untuk belanja.
Pasar tradisional dipilih karena harganya yang bisa ditawar. Namun, para pembeli terkadang tidak memikirkan kesejahteraan penjualnya. Padahal bila kita memikirnya lagi rasanya kasihan ia harus menghidupi keluarganya juga.
Biasanya pembeli di pasar tradisional adalah ibu-ibu namun tak jarang pedagang bapak-bapak juga ikut menawar dengan harga yang rendah.
Semua pasti memiliki alasan mengapa ia sampai menawar seperti itu. Tidak hanya untuk keuntungan semata individu tetapi memang harga dari asal itu barang memang sudah naik harganya atau langka dicari.
Begitu pun dengan penjual, ia juga memikirkan harga lapak yang akan dibayar belum lagi ditambah uang pungutan yang entah untuk apa tidak diketahuinya.
Begitulah kondisi pasar Palmeriam yang berlokasi di Matraman Jakarta Timur. Pasar yang tidak begitu becek atau terkesan jorok bila dibandingkan pasar lain. Kondisi pasar ini dibilang terawat namun masih belum bersih. Ditambah lagi sering terjadinya ribut karena lapak.
Itulah kehidupan pedagang pasar yang hanya bisa menurut bila dimintai uang. Alasannya klasik yaitu hanya untuk kebersihan atau dengan alasan kas kelurahan. Pada kenyataannya tidak, hal ini dikemukakan oleh Asep, seorang pedagang sayur mayur yang memberitahu harga lapak yang disewanya.
Mungkin menurut kita harga lapak murah ya bisa dibilang seratus ribu saja. Tapi ini berbeda, pak Asep harus membayar lapak sebesar 300 ribu rupiah per bulan. Belum lagi ditambah adanya pungutan liar.
Pungutan yang katanya untuk kebersihan tidak diwujudkan oleh pemungut liar tersebut. Alhasil, uang tersebut malah masuk ke kantong sendiri.
Para pedagang disini juga memaklumi dengan adanya pungutan itu. “Mau diapakan lagi ya soalnya keluarga dia juga dikasih makan pake duit itu,” ujar Asep, pedagang tas dan dompet.
Harga lapak juga tidak dipatok merata, hanya orang lama saja yang diberi harga murah. Jika orang baru ingin menyewa lapak maka harus membayar 600 ribu rupiah per bulan dan itu belum disertai pungutan tadi.
Padahal keuntungan dari pedagang belum tentu sebanding dengan harga lapak. Untung saja, para pedagang di pasar Palmeriam ini mengaku memiliki untung meski sedikit.
Semestinya kita sebagai pembeli di pasar tradisional jangan menawar terlalu rendah. Disebabkan para pedagang sebenarnya kesejahteraannya masih di tingkat bawah dan harus mengihidupi keluarganya juga.
Hanna Pratiwi
Mahasiswi PNJ