Ketua DPD RI Minta Masyarakat Tidak Takut Divaksin

  • Whatsapp

JAKARTA, Beritalima,com–
Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti meminta masyarakat untuk tidak khawatir mengikuti vaksinasi. Sebab, adanya kasus warga yang meninggal usai vaksin, diketahui memiliki komorbid atau penyakit bawaan.

 

Ini dikatakan LaNyalla menanggapi pernyataan Pemerintah 54 orang meninggal usai menerima vaksin Covid-19.

Senator dari Dapil Provinsi Jawa Timur itu mengatakan, masyarakat harus melihat dengan kaca mata lebih luas mengenai penggunaan vaksin ini.

 

“Sampai saat ini tidak ada bukti yang menyatakan penyebab mereka yang meninggal karena vaksin. Dari penyelidikan, kebanyakan warga yang meninggal disebabkan komorbid. Jadi, masyarakat tak perlu takut,” ujar LaNyalla di sela-sela reses di Banyuwangi, Jawa Timur, Kamis (22/7.

Berdasarkan data pemerintah, persentase warga yang meninggal usai divaksin sangat kecil. Jumlah 54 orang yang meninggal itu diambil dari 5,1 juta sampel penerima vaksin.

Untuk itu, LaNyalla berharap warga tak buru-buru mengambil kesimpulan bahwa kematian warga itu karena vaksinasi Covid.

 

“Sama sekali bukan mengecilkan arti nyawa seseorang, karena itu prioritas. Tetapi di tengah pandemi kita harus bisa memahami manfaat vaksinasi yang jauh lebih besar. Meskipun bukan berarti setelah vaksin akan kebal Corona,” papar dia.

 

Vaksin akan melindungi tubuh, agar gejala yang ditimbulkan menjadi jauh lebih ringan ketika terpapar Covid dan masa penyembuhannya menjadi lebih cepat.

 

Meski begitu, LaNyalla meminta Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan Komisi Nasional Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (Komnas KIPI) untuk memberikan penjelasan lebih lanjut tentang kasus kematian warga itu.

Menurut dia, perlu penjelasan yang komprehensif agar kekhawatiran masyarakat berkurang. Juga prosedur vaksin yang harus ditekankan dengan mengecek riwayat penyakit bawaan calon penerima vaksin.

“Fenomena yang muncul, sekarang banyak masyarakat takut atau tidak percaya dengan vaksin. Apalagi ditambah dengan banyaknya informasi hoax yang beredar di media sosial. Karena itu diperlukan penjelasan yang meyakinkan dan sosialisasi masif bahwa vaksin ini aman,” tutur dia.

LaNyalla juga menyoroti isu soal efektivitas vaksin Sinovac Biotech yang dipertanyakan setelah banyak tenaga kesehatan terinfeksi virus Corona usai divaksin sepenuhnya.

Masyarakat lebih baik tidak membuat asumsi pribadi dan menyebut vaksin Sinovac tidak efektif karena perlu ada uji klinis untuk membuktikannya.

 

“WHO juga tak pernah membuat pernyataan vaksin yang saat ini beredar tidak efektif. Dan, walau memang beberapa negara tidak menggunakan Sinovac, tapi Chili telah melakukan studi efektivitas vaksin ini,” sebut LaNyalla.

Studi yang dilakukan Chili menunjukkan, vaksin Sinovac buatan China efektif 87,5 persen dalam mencegah rawat inap dan efektif 90,3 persen dalam mencegah perawatan di Unit Perawatan Intensif (ICU). Sinovac juga disebut efektif 86,3 persen mencegah kematian akibat Corona.

 

“Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) juga telah memberikan izin penggunaan vaksin Sinovac. Percayalah pemerintah pasti bertujuan baik. Tidak mungkin pemerintah membahayakan rakyatnya sendiri,” demikian AA LaNyalla Mahmud Mattalitti.

 

Seperti diketahui, ada lima jenis vaksin Covid yang sudah mendapatkan izin penggunaan darurat atau emergency use authorization (EUA) dari BPOM. Lima vaksin itu adalah Sinovac, AstraZeneca, Sinopharm, Moderna, dan Pfizer. (akhir)

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait