JAKARTA, Beritalima.com– Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti menyoroti kekeringan yang melanda persawahan di Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Karena itu, LaNyalla meminta Pemerintah Daerah (Pemda) segera memberikan solusi untuk mengatasi persoalan ini, baik darurat maupun jangka panjang.
Kekeringan terjadi di Kelurahan Sidomulyo, Kapanewon Pengasih, Kulon Progo. Puluhan hektare tanaman padi gagal panen akibat hujan tidak lagi turun sehingga pasokan air dari saluran Plelen tidak mengalir.
“Persoalan kekeringan sawah di musim kemarau memang sudah menjadi masalah klasik, termasuk di Kulon Progo. Seharusnya Pemda membuat terobosan mengatasi permasalahan yang selalu terjadi setiap tahunnya,” tutur LaNyalla di sela-sela Kunjungan Kerja di Surakarta, Jumat (4/6).
Menurut senator dari Dapil Provinsi Jawa Timur ini, faktor alam seharusnya bisa disiasati. Caranya, dengan memperbanyak irigasi, saluran dari tempat lain yang memungkinkan memberi pasokan air di saat musim kemarau.
Dikatakan, perlu ada jalan keluar untuk mengatasi masalah kekeringan tak berdampak semakin luas di Kulon Progo. “Segera atasi dengan solusi yang paling baik. Dinas Pertanian bisa meminjamkan pompa agar tanaman padi yang belum terdampak bisa diselamatkan,” kata LaNyalla.
Untuk solusi jangka panjang, Ketua DPD RI meminta Pemkab Kulon Progo melalui instansi terkait proaktif melakukan inovasi-inovasi pencegahan kekeringan yang mengakibatkan gagal panen sehingga para petani merugi hingga puluhan juta rupiah.
“Dinas pertanian perlu melakukan inovasi bagaimana menangani saat kekeringan, sawah tetap mampu berproduksi. Inovasi harus dilakukan bersama-sama dengan Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan dan Kawasan Permukiman (DPUPKP), dan juga Dinas Lingkungan Hidup,” sebut dia.
Pemda didorong mengajak kalangan akademis bekerja sama menciptakan inovasi untuk mengatasi kekeringan sawah. Contoh seperti dilakukan di Nusa Tenggara Timur, yang juga sering mengalami persoalan kekeringan sawah.
“Petani di NTT bekerja sama dengan Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) Universitas Gadjah Mada (UGM) menggunakan metode System of Rice Intensification (SRI), berasal dari Madagaskar. Cara ini memungkinkan tanah tetap lembab di musim kemarau tapi tidak sampai merendam bibit padi,” jelas dia.
Selain itu, LaNyalla juga mengingatkan kebiasaan masyarakat dulu yang biasa menanam padi gogo pada sawah kering pada saat musim kemarau. Walau hasil produksi tidak sebesar sawah basah, setidaknya bisa tetap berproduksi dan menjaga suplai pangan.
Petani juga perlu membuat manajemen pengolahan agar air tertampung pada irigasi dan menjadi stok air saat musim kemarau tiba karena tak bisa terus menerus mengalami persoalan sama dilakukan penanganan jangka pendek, tetapi melupakan penanganan jangka panjang karena akhirnya kita kembali menghadapi masalah yang sama setiap tahunnya.
Untuk itu, Ketua DPD RI juga meminta petani terbuka menerima inovasi yang ditawarkan. “Sebab jika, petani sudah antipati sebelum mencoba inovasi yang ditawarkan, bakal tidak ada perkembangan pada industri pertanian dalam negeri. (akhir)