Ketua Majelis IPNU Jatim Mendukung Statemen Gus Yahya Terkait NU Bukan Alat Politik PKB

  • Whatsapp

PASURUAN, Beritalima.com|
Ketua fraksi NasDem DPRD provinsi Jatim H Muzammil Safi’i SH MSi mengungkapkan, bahwa statement Kyai Yahya Cholil Staquf terkait polemik yang berkecamuk di tubuh PBNU yang menyebutkan adanya kepentingan politik bagi pemenangan PKB, harus dihindarkan. Mengingat PBNU merupakan organisasi yang didalamnya terdapat berbagai elemen masyarakat, termasuk para pengurus dari banyak partai, sehingga tidak elok jika hanya satu partai yang berperan dalam perkembangan PBNU.

Muzammil menuturkan bahwa
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf alias Gus Yahya menyatakan NU tak boleh jadi alat politik parpol manapun, termasuk Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
“Relasi NU dengan PKB saya kira alami sekali, karena dulu PKB sendiri diinisiasi, dideklarasikan oleh pengurus-pengurus PBNU, itu satu hal. Tapi, sekali lagi tidak boleh lalu NU ini jadi alat dari PKB atau dikooptasi dengan PKB,” kata Yahya seperti yang ditirukan oleh Muzammil.

Ia tidak menampik bahwa memang PBNU memiliki hubungan erat dengan PKB. Namun, hal itu tidak serta-merta membuat PBNU menjadi alat pemenangan PKB.

Disamping itu Gus Yahya juga mengatakan bahwa
“Saya juga tidak mau PBNU ada yang Nyapres atau Cawapres di 2024 mendatang,” tegasnya.

Dengan adanya pernyataan itu, Ketua Majelis IPNU ikatan Pemuda NU Jawa Jawa Timur H.Muzammil Syafi’i, menyatakan mendukung terkait Statemen Ketua Umum PBNU terpilih bahwa NU Bukan Alat Politik satu partai, tetapi NU milik semua partai yang ada di Indonesia.

“Saya sangat setuju dengan pendapat Gus Yahya bahwa NU itu milik semua partai bukan satu partai,” terang Mantan wakil bupati Pasuruan dua periode tersebut.

Lebih lanjut Muzammil mengungkapkan bahwa bijak sekali jika NU kembali ke Khittah 1926, bahwa NU tidak kemana-mana tapi NU ada dimana-mana. NU mengutamakan politik kebangsaan, bukan condong kepada salah satu golongan.

Muzammil menyebutkan bahwa saat Pilkada beberapa waktu yang lalu, ada beberapa kandidat bertarung dari berbagai partai, disana lebih bijak jika NU tidak mendukung salah satu kandidat, tetapi memberi perlindungan kepada semuanya. Dalam artian menghormati perbedaan, memberikan pengarahan atau pembinaan agar tidak terjadi gesekan ditengah masyarakat karena beda pilihan.

Tapi sebaliknya, jika NU condong kepada satu partai itu yang memprihatinkan. Karena NU adalah ormas terbesar di dunia, sementara NU kesannya condong kepada salah satu partai.

“NU milik kita semua, milik semua partai bukan untuk satu partai,” tegas anggota komisi A ini. Muzammil adalah salah satu Tokoh NU tulen.(Yul)

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait