SURABAYA, beritalima.com | Memperingati Hari Kesadaran Autisme Sedunia atau World Autism Awareness Day (WAAD) dan Hari Kartini, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya menggelar talkshow di Pusat Pembelajaran Keluarga (Puspaga), lantai 2 Gedung Siola, Selasa (19/4/2022). Dalam talkshow tersebut dihadiri oleh Ketua Tim Penggerak (TP) PKK Surabaya Rini Indiriyani, Guru Besar Inklusi sekaligus Dosen Pendidikan Pendidikan Luar Biasa (PLB) Universitas Negeri Surabaya (Unesa) Prof. Dr. Budiyanto.
Selain itu, dalam kesempatan ini juga hadir orang tua dari salah satu mahasiswa inklusi Unesa Muhammad Aden Hadi, yaitu Bonie Dewayanti dan ada pula Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak serta Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3APPKB) Kota Surabaya Tomi Ardiyanto serta Kepala Dinas Pendidikan Kota Surabaya Yusuf Masruh.
Talkshow bertajuk “Bergerak Bersama Mewujudkan Generasi Emas Surabaya dengan Layanan Holistik untuk Anak Istimewa” ini membahas pelbagai masalah dan memberikan solusi seputar keluarga serta anak autis. Menurut Guru Besar Inklusi Unesa Budiyanto mengatakan, probabilita mempunyai anak autis dengan anak normal itu hampir sama.
Oleh karena itu, lanjut Budiyanto, setiap orang tua khususnya seorang ibu harus bisa memahami karakteristik dan kepribadian anak. Jika tidak mendalami dan mempelajari lebih dalam karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), maka akan sangat sulit berkembang.
“Anak autis ini kan ada dua karakteristiknya, ada yang tidak mau berinteraksi dengan lingkungan, di sisi lain ada yang ekstra aktif. Di kondisi seperti ini lah kita perlu peran orang tua mempelajari karakteristik anak-anak ABK ini, jadi jangan sampai dibiarkan begitu saja di rumah,” kata Budiyono.
Budiyanto menjelaskan, orang tua harus melakukan deteksi dini ketika tahu ada ciri-ciri ABK pada anaknya. Tanda-tanda anak hiperaktif biasanya, lambat berbicara atau kurang stimulasi segera konsultasikan ke pakar yang ahli dibidang menangani anak-anak berkebutuhan khusus.
“Deteksi dini itu bagaimana kita sebagai orang tua mengenali perilaku-perilaku yang dapat diindikasikan mempunyai hambatan. Baik itu dari segi fisik, mental, intelektual maupun sensorik,” jelas Budiyono.
Sementara itu, Ketua TP PKK Surabaya Rini Indriyani mengatakan, peran lingkungan keluarga untuk mensupport ABK itu sangat penting. Menurut Rini, penguatan keluarga dalam menerima ABK itu sangat membantu perkembangan anak di masa depan.
Menurut Rini, seorang ABK juga membutuhkan sosialisasi dan berinteraksi dengan dunia luar, oleh karena itu ia mengimbau kepada orang tua untuk tidak malu ketika mempunyai anak istimewa ini. “Apapun kondisinya harus pelan-pelan, karena kan itu (merawat anak ABK) membutuhkan ketelatenan luar biasa. Oleh karena itu, saya salut dengan mama-mama yang sangat tulus dalam merawat anak-anak istimewa ini,” kata Rini.
Ketua TP PKK sekaligus Bunda Paud Surabaya itu mengatakan, Pemkot Surabaya mempunyai pelayanan konsultasi untuk keluarga yaitu Puspaga. Di dalam Puspaga bukan hanya melayani konsultasi untuk keluarga yang bermasalah atau mengalami kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) saja. Akan tetapi, juga menerima konsultasi orang tua yang mempunyai anak-anak ABK juga disabilitas.
“Di Puspaga itu ada beberapa konseling, ada ruang khusus ABK dan ada juga pendampingan untuk anak dan orang tuanya juga,” jelas Rini.
Rini mengingatkan sekali lagi kepada seluruh orang tua yang memiliki anak, untuk tidak lupa melakukan deteksi dini ketika mengetahui ada ciri-ciri ABK pada anaknya. “Ayo kita bahu membahu menyadarkan masyarakat tentang pentingnya deteksi dini ABK. Terus semangat untuk semua ibu di Surabaya meskipun diberi anak dengan kondisi berbeda dan istimewa ini,” pungkasnya. (*)