TRENGGALEK, beritalima.com –
Sosialisasikan gerakan Cegah Perkawinan Anak (CEPAK) dan peningkatan kapasitas Pondok Pesantren ramah anak, Novita Hardini, Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Trenggalek ajak santri bisa menjadi pejuang-pejuang masa kini dengan menjadi agen perubahan mengajak teman sebaya menjadi generasi harapan Kabupaten Trenggalek.
Angka perkawinan usia anak menjadi salah satu alasan Master Of Economic UIN Satu itu berupaya menggerakkan semua lini yang ada untuk bisa menjaga generasi penerus, menjadi generasi berkualitas.
Menurut Novita hamil diusia muda sangatlah beresiko. Karena selain belum matang dan beresiko anak cacat atau stanting karena rahim anak belum kuat. Pernikahan diusia belum matang akan membebani orang tua dan cenderung menciptakan kemiskinan baru. Hal inilah yang mejadikan alasan kenapa Ketua Tim Penggerak PKK itu getol memerangi perkawinan anak.
“Menikah itu tidak hanya modal cinta, perlu dibarengi ilmu dan pengetahuan cukup. Alasannya karena menikah itu tujuannya mencari berkah. Maka dari itu menikah itu perli dibarengi pengetahuan dan bekal yang cukup, sehingga dapat mencapai tujuan yang di inginkan keluarga yang berkah dan sejahtera,” ucap Founders UPRINTIS Indonesia itu, Selasa (24/10).
Dalam kesempatan itu, Novita Hardini mengajak santri tidak hanya ngaji Al Qur’an melainkan juga mau mengaji kehidupan. “Ada tanggung jawab kita mengajak teman sebaya kita menjadi generasi harapan Kabupaten Trenggalek. Aktifkan lingkungan kita menjadi lingkungan yang sehat,” sambungnya.
Tugas kita saat ini, imbuh perempuan cantik itu “tidak hanya dalam lingkup keluarga melainkan juga berjuang untuk lingkungan dan juga Trenggalek. Ajak para santri bisa menjadi pejuang pejuang masa kini,”
Novita berharan di Kecamatam Dongko bisa dibuka ruang ruang diskusi untuk generasi muda. Sehingga diakusi tidak hanya pada ruang ruang resmi saja, bisa dilakukan sewaktu waktu meskipun di ruang terbuka.
Menurut penggiat perempuan dan anak itu generasi punya hak untuk diberikan ruang untuk berpartisipasi aktif dalam menyampaikan pendapat. Korban kekerasan verbal lebih cenderung tidak berani bersuara melaporkan kekerasan yang dohadapi. Diharapkan dengan adanya vasilitasi ruang diskusi mereka berani bersuara. Novita Hardini juga berharap generasi muda bisa menjadi agen perubahan dengan memanfaatkan dunia digital. (her)