Jakarta, beritalima.com | Ketua Umum Federasi Serikat Pekerja Transport Seluruh Indonesia (FSPTSI)-Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI), HM. Jusuf Rizal mengemukakan tiga hal penting yaitu Teknis, Strategis dan Politis (TSP) harus menjadi isu dalam Kongres ke-10 KSPSI guna membangun organisasi yang profesional, modern dan mandiri.
Tiga hal tersebut menurut Jusuf Rizal kepada media di Jakarta harus mampu menjadi pijakan para kandidat Caketum KSPSI dan siapapun yang akan memimpin roda organisasi KSPSI lima tahun kedepan (Periode 2022-2027)
Kongres KSPSI ke-10 akan digelar di Jakarta 16-17 Pebruari 2022. Sejumlah kandidat akan tampil antara lain Yorrys Raweyai (Incumben Periode 2014-2019) untuk memperebutkan dukungan 500 suara, mulai dari DPP, DPD, DPC dan Federasi Serikat Pekerja Anggota (SPA).
Kandidat lain adalah Wakil Ketua Umum KSPSI Periode 2014-2019 yaitu Jumhur Hidayat dan HM. Jusuf Rizal, Ketum Federasi Serikat Pekerja Transport Seluruh Indonesia (FSPTSI). Kedua tokoh nasional tersebut merupakan aktivis pekerja dan buruh.
Kemudian Dedi Sudarajat, Ketua DPD KSPSI Propinsi Banten dan Ketum Federasi Serikat Pekerja KEP (Kimia, Energi dan Pertambangan) serta Surya Batubara, MPO DPP KSPSI Periode 2014-2019 dan Ketum FSPTI (Federasi Serikat Pekerja Transport Indonesia).
Lebih lanjut Jusuf Rizal yang juga Presiden LSM LIRA (Lumbung Informasi Rakyat) tersebut mengemukakan, aspek Pertama adalah masalah teknis. Hal ini menurutnya penting dalam menjalankan roda organisasi, baik berupa program, kesiapan SDM, Infrastruktur seperti office, IT hingga pendanaan organisasi.
Aspek Kedua strategis. Pada tatanan ini, lanjut pria berdarah Madura-Batak itu, organisasi harus mampu menciptakan kebijakan-kebijakan penting dan strategis untuk menjalankan aspek teknis. Mulai dari Konstitusi (AD/ART/PO), Ketegasan menjalankan konstitusi, membuat grand design program yang sesuai visi dan misi, hingga memilih dan memilah SDM sesuai kompetensinya (Jobdis)
“Pada tatanan ini diperlukan SDM yang mumpuni, kritis, punya kapasitas dan kapabilitas selain memiliki integritas dan loyalitas. Jangan menempatkan SDM yang bukan ahlinya. Akhirnya program tidak jalan dan menciptakan konflik,” tutur pria yang juga Sekjen Perkumpulan Perusahaan Media Online Indonesia (MOI) itu.
Dan tidak kalah pentingnya, lanjut Jusuf Rizal adalah aspek ketiga yaitu Politis. Aspek ini menyangkut citra, persepsi masyarakat dan pekerja, komunikasi, hubungan dengan mitra strategis perusahaan, pemerintah, organisasi serikat pekerja di luar negeri, SPA, DPD dan DPC, maupun masalah trust building.
Sebagai contoh, menurutnya, keluar persepsi organisasi KSPSI sepanjang sejarah merupakan konfederasi yang pro pemerintah namun tetap kritis, konstruktif dan independen. Sebagai mitra strategis pemerintah maupun pengusaha (tripartit). KSPSI bukan organisasi serikat pekerja yang oposisi dengan pemerintah.
Sebaiknya kedalam, organisasi KSPSI harus dapat menjadi payung SPA (para pekerja dan buruh) yang mampu mengejawantahkan secara kritis program Pembinaan, Perlindungan dan Mensejahterakan (Bina,Lindung,Sejahtera) bagi para pekerja, buruh dan keluarganya.
Dikatakan, KSPSI satu sisi harus dapat hadir membela kepentingan para anggota (Pekerja dan Buruh), namun para sisi lain, KSPSI juga harus dapat bergandengan tangan dengan pengusaha serta pemerintah dalam mendukung dan mendorong ekonomi serta pembangunan. bangsa.
“Jadi menurut saya, siapapun yang terpilih memimpin KSPSI lima tahun kedepan (2022-2027) harus dapat membangun tiga hal tersebut. Ketiganya saling terkait serta tidak bisa dipisahkan. Jika salah satu aspeknya tidak berjalan, maka organisasi KSPSI sulit bisa Bangkit, Maju dan Jaya,” tegas Jusuf Rizal
Ia menyebutkan pertarungan yang utama dalam membangun organisasi KSPSI kedepan ditengah kompetisi dengan organisasi sejenis, bukan semata di Kongres. Tetapi pasca Kongres, yakni bagaimana menggerakan tiga hal tersebut agar lokomotif organisasi berjalan baik. Kongres hanya peemulaan menuju harapan dan cita-cita. (red)