JAKARTA, beritalima.com — Ketua Umum LANA (Lira Anti Narkoba dan AIDS), Hj. Jihan Savitrie, SE,SH mengingatkan agar pemerintah tidak mengabaikan penyebaran HIV/AIDS di Indonesia. Penyakit ini seperti bola salju yang telah menyebar di 10 propinsi dan Jakarta menempati urutan pertama.
“Pemerintah harus memiliki perhatian serius terhadap penyebaran HIV/AIDS, karena penyebarannya semakin hari makin besar. Saat ini berdasarkan data hingga Juni 2020 telah menyebar ke 10 Kota besar,” tegas Jihan kepada media di Jakarta terkait peringatan HIV/AIDS se-dunia, 1 Desember yang kelihatan sepi.
Didampingi Sekjen LANA, Ranti Tanjung, menurut Jihan Kota Jakarta menempati urutan pertama dari 10 Kota penyebaran HIV/AIDS. Berdasarkan data dari Ditjen P2P, Kemenkes, Mei 2020 setelah Jakarta disusul Propinsi Jawa Timur, Jawa Barat, Papua, Jawa Tengah, Bali, Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, Banten dan Kepulauan Riau
Saat ini penderitaan HIV/AIDS di Kota Jakarta berjumlah 67.137 orang. Kemudian disusul Jawa Timur sebanyak 58.673 orang, Jawa Barat sebesar 41.878 orang, Papua 36.997 orang, Jawa Tengah 34.805 orang, Bali 22.000 orang, Sumatera Utara 19.979 orang, Sulawesi Selatan 10.699 orang, Banten sebanyak 10.260 orang dan Kepulauan Riau mencapai 10.001 orang.
“Perhatian pemerintah dan masyarakat lebih banyak fokus pada Virus Covid-19. Padahal ada virus lain yang sejak tahun 1987 jadi masalah besar di Indonesia yaitu HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome). Sehingga masalah HIV/AIDS terkesan terabaikan,” tegas Perempuan yang juga berprofesi sebagai pengacara itu
Lebih lanjut dikemukakan Penularan utama HIV/AIDS di Indonesia adalah melalui hubungan seksual tanpa menggunakan pelindung (kondom) dan pengguna Narkoba lewat suntik. Kelompok resiko tinggi ada pada heteroseksual, homoseksual serta pada wanita penjaja sek.
Mengingat banyak tempat prostitusi ditutup oleh Pemerintah, maka penjaja sek menjadi tidak terkontrol kesehatannya dan kini marak melalui online. Ini potensi penyebarannya makin beresiko, lebih-lebih kesadaran masyarakat untuk memeriksa kesehatannya terkait HIV AIDS masih tergolong rendah.