JAKARTA, Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PB PGRI) adakan halal bi halal dengan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamis (13/7/2017), di Aula PB PGRI, Tanah Abang III, Jakarta Pusat.
Ketum PB PGRI Unifah Rosyidi Sekretaris PB PGRI M. Qodrat Husni duduk bersama Muhadjir Effendi, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI beserta jajarannya di bangku paling depan. Pada kesempatan itu hadir pengurus PGRI dari beberapa daerah meski terlihat pengurus PGRI dari Jakarta.
Lebih lanjut Ketua Umum PB PGRI, dalam sambutannya menyampaikan gedung guru sebagai saksi sejarah yang lahir pada masa revoluai. PGRI sebagai kekuatan moral dan intelektual berjuang terus dalam memperjuangkan guru, dan mengharapkan pendidikan lebih baik, untuk kepentingan bangsa.
“Kami perlu penataan struktur dan menyiapkan guru yang setara. Kami punya pendidikan dari PAUD sampai perguruan tinggi, kami berada dimana guru berada. Semoga ini menjadi pintu hati, bahwa kebijakan untuk bersama-sama,” tandas Unifah diatas podium.
Lebih lanjut dikatakan Unifah Rosyidi, menghaturkan terima kasih atas kerja keras Mendikbud Muhadjir Effendi, yang telah membuat kebijakan zonasi dalam Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB). Bahwa kebijakan tersebut memberikan akses yang luas, sebagai transisi dalam mewujudkan pendidikan yang bermutu yang susah barang tentu harus dilengkapi dengan sarana dan praarana yang memadai. Selain mendukung kebijakam Mendikbud, Ketum PB PGRI, mendukung program pendidikan karakter.
Lebih lanjut dikatakan Sopan Adrianto, Kepala Dinas Pendidikan Provinsi DKI, yang mewakili ketidakhadiran Sekdaprov Provinsi DKI, memprediksi bahwa tahun 2022 akan mengalami krisis guru, maka dari itu perlu solusi. Lebih jauh, mendikbud akan membangun SMK kaum duafha dan SMA terpadu, meskipun sekarang ini sudah dibangun SMK kemaritiman di Pulau Seribu.
“Penerapan pemerataan zonasi, jni berimplikasi pada sekolah-sekolah favorit yang tidak menginginkan adanya kebijakan baru dalam pendidikan karakter untuk menciptakan pendidikan yang bermutu dan membantu masyarakat yang tidak mampu,” ungkap Muadjir Effendi.
Masih dikatakan Muhadjir, membangun pendidikan karakter, akam diterapkan dalam sekolah 5 hari 8 jam, sesuai kerja guru, hingga tidak harus 24 jam. Dan ini merupakan komitmen guru dalam memajukan pendidikan karakter. dedy mulyadi