Keutamaan Ilmu Dalam Islam

  • Whatsapp

Lia Istifhama, Penulis

Jatuh pada 2 Mei, Hari Pendidikan Nasional pun diperingati setiap tahun sebagai bentuk penghormatan pada Ki Hadjar Dewantara, Pahlawan Pendidikan yang lahir pada 2 Mei 1889.

Sejarah menunjukkan pentingnya Pendidikan bagi sebuah bangsa. Jepang misalnya, sesaat setelah negeri sakura tersebut diluluhlantakkan oleh Amerika Serikat (AS) melalui jatuhnya bom atom di penghujung Perang Dunia II, Kaisar Hirohito langsung berkata: “Berapa jumlah guru yang tersisa?”

Jauh sebelum peristiwa tersebut, pendidikan telah menjadi potret kejayaan Kesultanan Islam. Diantaranya pada era Dinasti Abbasiyah, tepatnya pada masa pemerintahan Khalifah Harun Ar-Rasyid (786-809 M) dan Al-Ma’mun (813-833 M). Pada periode tersebut, kejayaan Abbasiyah bahkan menjadi pusat peradaban dunia, melalui kuatnya ilmu pengetahuan di Kota Baghdad, Abbasiyah, saat itu.

Runtuhnya Abbasiyah melalui serangan Hulagu Khan pun ditandai peristiwa tragis dalam dunia pendidikan. Baitul Hikmah sebagai perpustakaan dan pusat penerjemahan Dinasti Abbasiyah yang terletak di Baghdad, menjadi tempat penuh darah tatkala ribuan buku dan literatur ilmu yang diterjemahkan dari Bahasa Yunani dan Persia, dihancurkan, dibakar, dan diwarnai darah para muslim yang dibunuh keji di area perpustakaan tersebut.

Dan kini, dalam suasana Hari Pendidikan Nasional, penting kita jadikan ilmu sebagai self reminder dalam kehidupan kita. Islam pun banyak mengkaji keutamaan ilmu, diantaranya dalam hadis maupun nasehat-nasehat berikut:

1. Orang yang berilmu adalah pelita

Dari Sayyidina Ali ra, Nabi saw bersabda: “Pernah saya bertanya kepada Jibril tentang orang – orang yang berilmu, maka dia menjawab : Mereka adalah pelita – pelita umatmu di dunia dan akhirat, Beruntunglah orang – orang yang mengenal mereka dan celakalah orang yang mengingkari dan membenci mereka.” (Kawasyi).

2. Pentingnya amal yang disertai ilmu

“Jadilah kau orang alim atau pelajar atau pendengar. Dan Janganlah kamu menjadi orang keempat (bukan ketiganya), sehingga kamu binasa. Dan pernah pula ditanyakan: “Ya Rasulullah, amal apakah yang paling utama?”. Maka beliau menjawab: “Mengenal Allah”. Karena amal yang sedikit disertai dengan ilmu akan bermanfaat, sedang amal yang banyak (namun) yang disertai kebodohan tidaklah berguna.” (Durratun Nasihin).

3. Ilmu sebagai penentu keteraturan dunia

“Teraturnya dunia ini dengan empat perkara. Yang pertama, dengan ilmu para ulama. Kedua, dengan adilnya pemimpin negara. Ketiga, dengan kedermawaan orang orang kaya. Dan keempat, dengan doa orang orang yang bodoh. Dan sekiranya tidak ada kedermawanan orang-orang kaya, niscaya binasalah orang orang fakir. Dan sekiranya tidak ada doa orang-orang faqir, niscaya binasalah orang orang kaya. Dan sekiranya tidak ada keadilan para pemimpin negara, niscaya sebahagian memakan sebahagian lainnya, sebagaimana serigala memakan kambing.”

Kitab Adabul ‘Alim wal Muta’allim. Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari. Selesai disusun pada waktu subuh hari Ahad 21 Jumadal Tsaniyah 1343 H.

4. Jalan menuntut ilmu adalah jalan menuju surga

وَقَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا يَطْلُبُ فِيْهِ عِلْمًا سَلَكَ اللهُ بِهِ طَرشيْقًا مِنْ طُرُقِ الْجَنَّةِ
“Barangsiapa yang menempuh jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan tuntun dia ke jalan menuju surga” (Kitab Adabul ‘Alim wal Muta’allim).

5. Malaikat bershalawat pada pencari ilmu

وَقَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ غَدَا لِطَلَبِ الْعِلْمِ صَلَّتْ عَلَيْهِ الْمَلاَئِكَةُ وَبُوْرِكَ لَهُ فِيْ مَهِيْشَتِهِ
“Siapa yang pada waktu pagi berangkat menuntut ilmu, malaikat akan bershalawat untuknya dan diberkahi mata pencahariannya.” (Kitab Adabul ‘Alim wal Muta’allim).

6. Keistimewaan mengajarkan ilmu

وَقَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: الْعَالِمُ وَالْمُتَعَلِّمُ كَهَذِهِ مِنْ هَذِهِ وَجَمَعَ بَيْنَ الْمُسَبِّحَةِ وَالَّتِيْ تَلِيْهَا شَرِيْكَانِ فِيْ الْأَجْرِ, وَلاَ خَيْرَ وَسَائِرِ النَّاسِ بَعْدُ

“Pengajar dan pelajar seperti ini dan ini (seraya menggandengkan jari telunjuk beliau dengan jari berikutnya), mereka berdua sama-sama mendapatkan pahala. Dan tidak ada kebaikan pada manusia yang lain setelah mereka berdua” (Kitab Adabul ‘Alim wal Muta’allim).

وَقَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اُغْدُ عَالِمًا اَوْ مُتَعَلِّمًا اَوْ مُسْتَمِعًا اَوْ مُحِبًّا لِذَالِكَ, وَلاَ تَكُنِ الْخَامِسَ فَتَهْلَكَ

“Jadilah pengajar, pelajar, pendengar, atau sukai kegiatan-kegiatan itu. Jangan jadi orang selain itu semua, karena engkau akan rusak”. (Kitab Adabul ‘Alim wal Muta’allim).

وَقَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: تَعَلَّمُوْا الْعِلْمَ وَعَلِّمُوْهُ النَّاسَ

“Pelajari ilmu dan ajarkanlah pada orang-orang.” (Kitab Adabul ‘Alim wal Muta’allim).

Selain semua nasehat yang dijelaskan pentingnya ilmu dari sudut agama dan moral, marilah kita renungi pesan penting dari Sang Hadratus Syeikh KH Hasyim Asy’ari berikut ini:

“Ilmu mengantarkan suatu kaum ke puncak kemuliaan.
Orang berilmu terlindungi dari kerusakan.
Wahai orang berilmu tunggu sejenak, jangan kau nodai ilmu dengan perkara keji karena ia tidak ada penggantinya.
Ilmu dapat menopang rumah yang tak bertiang.
Sedangkan kebodohan merobohkan rumah kebanggaan dan kemuliaan.”

beritalima.com

Pos terkait