KGPAA Pakualaman IX Al Haj Anglingkusumo, Gelar Larungan di Pantai Parangkusumo

  • Whatsapp

BANTUL, beritalima.com- Dalam rangka memperingati bulan Muharram 1442 H dan menjalankan tradisi, keluarga besar Pakualam IX Al-Haj, Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Anglingkusumo, dari Puro Pakualaman, Yogjakarta, menggelar larungan di pantai Parangkusumo, Desa Parangtritis, Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul, Yogjakarta, Minggu (6/9) kemarin.


Larungan ini, merupakan bentuk rasa syukur ke hadirat Allah SWT, dan mengikuti aturan yang baku sesuai dengan ketentuan yang berlaku di lingkup Kadipaten Pakualam dan tradisi jawa yang sakral. Labuhan juga dapat di lakukan pada saat jumenengan dalem atau tingalan jumenengan dalem atau saat memperingati hari- hari besar tertentu


Untuk saat ini, KGPAA Pakualalan IX Al Haj Anglingkusumo, mengadakan labuhan agung dalam rangka memperingati bulan Muharrram yang merupakan bulan pertama dalam kalender Islam dan Bulan Suro yang juga merupakan bulan pertama dalam tradisi tanggalan Jawa.


Upacara labuhan seperti ini, sudah dilaksanakan sejak diadakannya perjanjian Giyanti atau palihan nagari pada tahun 1755. Upacara kerajaan ini pada hakikatnya merupakan upacara pengorbanan menurut konsepsi kepercayaan. Pada dasarnya, labuhan dilaksanakan untuk menyampaikan rasa syukur ke hadirat Allah SWT dan mengenang serta membalas budi atas jasa dari Kanjeng Ratu Kidul dan salah satu abdi dalem bernama Kyai Sapujagat yang berjasa besar terhadap perjuangan Panembahan Senopati,” terang salah satu panitia.


Pada awalnya, pelaksanaan upacara labuhan dilakukan dengan menyesuaikan perkembangan dan perjalanan waktu. Upacara labuhan bisa dilakukan dalam berbagai kesempatan dan dengan tujuan yang positif.
Beberapa tempat yang sering digunakan untuk acara labuhan seperti ini diantaranya di, gunung Merapi, gunung Lawu, Kahyangan Dlepih, pantai Parangkusumo, Pantai Glagah dan juga pesisir Kebumen.
Karakteristik masing-masing tempat yang dijadikan sebagai tempat labuhan tersebut berbeda antara satu dengan yang lainnya. Dua tempat merupakan media air dan dua tempat lainnya merupakan daratan. Hal ini dapat diartikan secara simbolis sebagai lambang tempat yang rendah (air) dan tempat yang tinggi (daratan). Dari sisi historis, masing-masing tempat juga memiliki riwayat yang berbeda-beda.


Gunung Merapi, merupakan tempat Ki Juru Martani mendapatkan petunjuk gaib bahwa segala sesuatu yang diinginkan oleh Panembahan Senopati akan terlaksana, pantai Parangkusumo merupakan tempat pertemuan Panembahan Senopati dengan Kanjeng Ratu Kidul ketika dirinya bertapa di lokasi tersebut.
Gunung Lawu merupakan tempat bersemayamnya Syeh Melaya sekaligus sebagai salah satu tempat Bertapanya Panembahan Senopati, dan Hutan Dlepih merupakan tempat bertapanya Panembahan Senopati ketika memperoleh ajaran dari Sunan Kalijaga.


Untuk diketahui, menurut salah satu panitia, KGPAA Al Haj Anglingkusumo, merupakan putra dari KGPAA Pakualalam VIII. Ini mengacu dan memegang prinsip Dhawuh Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan (SISKS) Paku Buwono X, kepada Sampeyan Dalem KGPAA Suryodilogo (KGPAA Paku Alam VIII Al-Haj) sewaktu mempersunting Rr. Soeratmi untuk menjadi istrinya. (Red).

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait