SURABAYA, Beritalima.com|
Beberapa tahun yang lalu, sarana belanja tas Tanggulangin sangat populer. Mulai dari artis sekelas Marissa Haque, Chintami Atmanegara, hingga bintang film Galih dan Ratna Yessy Gusman, mengunjungi Tanggulangin. Tas buatan Tanggulangin ini disamping sangat murah, modelnya kekinian, dan kualitasnya juga lumayan bagus.
Saking berjubelnya masyarakat yang tertarik untuk berbelanja tas buatan Tanggulangin, jalan menuju kampung tersebut mengalami kemacetan yang luar biasa. Parkir motor maupun mobil sangat susah.
Namun seiring waktu, nama tas Tanggulangin mulai pudar. Salah satu penyebabnya karena adanya semburan Lumpur Lapindo.
Sebagai warga Sidoarjo, anggota DPRD provinsi Jatim H Muh Khulaim Junaidi SP MM memberikan reaksi. Menurutnya, sejak tas Tanggulangin mem-booming, beberapa daerah kemudian mengikuti jejaknya. Daerah-daerah tersebut juga menjual tas mirip dengan buatan Tanggulangin.
“Dampak berita adanya semburan lumpur Lapindo yang menenggelamkan 1 kecamatan, membuat semua orang takut untuk mengunjungi Tanggulangin.
Peristiwa itu pula yang mungkin menjadikan tas Tanggulangin agak merosot perkembangannya,” terang Anggota komisi B DPRD provinsi Jatim ini.
Politisi senior partai Amanat Nasional ini mengungkapkan, gara-gara berita terkait masalah lumpur Lapindo yang lokasinya sangat dekat dengan Tanggulangin ini, banyak merugikan pengusaha atau pengrajin tas, karena ada satu perumahan Tanggulangin Asri Sejahtera yang disingkat dengan perumtas yang benar-benar tertimbun lumpur satu perumahan, satu komplek.
“Berita Perumtas tenggelam, sampai menasional bahkan internasional. Konotasinya masyarakat tas Tanggulangin tenggelam kena semburan lumpur Lapindo. Jadi mereka menganggap tas Tanggulangin sudah tidak ada lagi. Yang kedua ya Pandemi Covid selama 3 tahun terakhir membuat perekonomian UMKM pada lumpuh,” sambungnya.
Namun Khulaim menegaskan bahwa showroom atau galery tas-tas tersebut, saat ini berubah fungsi menjadi cafe-cafe, sehingga lokasi Tanggulangin ini masih menunjukkan keeksisannya sebagai bagian dari pusat perekonomian Sidoarjo.
“Sekarang fungsinya sebagai wisata kuliner. Meskipun masih banyak pengusaha dan pengrajin tas yang tetap mempertahankan produknya. Hanya produk tersebut lebih banyak dijual secara online, itupun produk mereka sangat terbatas. Mereka memproduksi tas, sabuk atau yang lain berdasarkan pesanan. Ini untuk mengurangi kerugian juga. Kalau produk itu dibuat berdasarkan pesanan, keuntungan sudah jelas, dan barang produksi mereka segera laku. Perputaran uang itu yang membuat mereka tetap eksis,” paparnya.
Khulaim tidak menampik bahwa para pengusaha dan pengrajin tas ini membutuhkan modal untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produk mereka. Terlebih
dinas koperasi dan UKM serta dinas perindustrian dan perdagangan juga memberikan perhatian terhadap perkembangan produk tas buatan para pengusaha dan pengrajin ini.
“Disamping mereka diajak mengikuti pameran bertaraf nasional maupun internasional. Bahkan ada beberapa Buyer dari luar negeri yang siap menampung produk mereka. Jadi beberapa pengusaha sudah melakukan ekspor tas buatan Tanggulangin ini,” pungkasnya.(Yul)