SAMPANG, Beritalima.com – Sebanyak 17 seniman asli Kabupaten Sampang menampilkan karya seni rupa dalam pameran bertajuk “Waspada! Kilas Balik Tujuh”. Kegiatan yang dikemas dengan konsep ngobrol santai ini menjadi ruang refleksi perjalanan Komunitas Perupa Sampang (KPS) yang telah bertahan dan terus eksis hingga tahun 2025.
Ketua Komunitas Perupa Sampang, Hairil Alwan, menyampaikan apresiasi kepada seluruh pihak yang telah terlibat dalam menyukseskan kegiatan tersebut, khususnya Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispursip) Kabupaten Sampang.
“Ini menjadi titik balik ke tujuh. Tujuh tahun kita berjalan, tujuh tahun kita evaluasi, dan tujuh tahun kita refleksi. Harapannya ke depan tentu lebih baik,” ujarnya.
Hairil menjelaskan, KPS secara resmi berdiri sejak tahun 2003, meski sebelumnya telah ada sejumlah komunitas perupa di Sampang yang belum mengatasnamakan KPS.
“Perjalanan kami cukup panjang. Respon yang kami terima memang sempat sangat kecil, tapi itu tidak mematahkan semangat. Alhamdulillah sampai 2025 kami masih eksis dan terus berjalan,” katanya.
Ia juga mengungkapkan mimpi besar KPS agar seni rupa dari Sampang, yang kerap dilabeli sebagai daerah tertinggal, dapat dikenal hingga ke tingkat nasional bahkan internasional.
“Kami ingin seni rupa Sampang bisa terbaca sampai luar negeri. Itu mimpi kami. Karena itu slogan yang selalu kami bawa adalah dari Sampang, oleh KPS, untuk Indonesia,” tegasnya.
Sementara itu, Plt Kepala Dispursip Kabupaten Sampang, Siti Chairijah, mengatakan pihaknya sangat mendukung kegiatan seni rupa yang digelar di lingkungan perpustakaan karena memiliki nilai literasi yang kuat.
“Dispursip adalah tempat yang cocok. Kami sangat mendukung kegiatan ini karena seniman adalah salah satu bentuk ekspresi untuk menuangkan ide dan mengeksplorasi potensi yang ada di Kabupaten Sampang,” ujarnya.
Menurutnya, karya seni mampu merepresentasikan identitas daerah sebagaimana kabupaten lain di Madura yang telah memiliki ciri khas budaya masing-masing.
“Bangkalan mengangkat kek lesap, Pamekasan dengan sakeranya. Lalu Sampang apa? Dengan adanya gelar budaya ini, para seniman bisa mengangkat sisi heroik Sampang dan menceritakannya melalui karya,” ungkapnya.
Ia juga memaknai tema “Waspada! Kilas Balik Tujuh” sebagai simbol keberlanjutan, “Kalau tujuh dibalik menjadi huruf ‘L’, artinya lanjut. Tujuh itu tongkat untuk melangkah ke depan, ayo kita gali bersama-sama,” katanya.
Di tempat yang sama, Ketua PWI Sampang, Hanggara Pratama Syahputra, mengapresiasi konsistensi Komunitas Perupa Sampang dalam menghadirkan ruang ekspresi seni yang sarat dengan pesan sosial.
“Atas nama Persatuan Wartawan Indonesia, kami mengapresiasi KPS yang secara konsisten menghadirkan seni rupa sebagai medium refleksi sosial, kritik, dan kesadaran bersama. Tema ‘Waspada!’ adalah seruan moral agar kita lebih peka terhadap realitas sosial,” ucapnya.
Menurut Hanggara, seni dan jurnalistik memiliki ruh yang sama dalam menjaga nurani publik, “Seni rupa berbicara tanpa kata, sementara jurnalisme menyampaikan fakta dengan kata. Keduanya saling melengkapi dalam membangun peradaban yang kritis dan berkeadaban,” jelasnya.
Melalui pameran ini, lanjut Hanggara, diharapkan lahir dialog sehat antara seniman, masyarakat, dan media, “Karya-karya ini tidak hanya dinikmati secara visual, tetapi juga direnungkan dan didiskusikan sebagai pemantik kesadaran kolektif,” pungkasnya.
Untuk diketahui, kegiatan tersebut dihadiri Plt Dispursip Sampang Siti Chairijah, Ketua PWI Sampang Hanggara Pratama Syahputra, para seniman Komunitas Perupa Sampang, serta tamu undangan lainnya. (FA)








